Jakarta, Technology-Indonesia.com – Meskipun saat ini sudah surplus beras dengan menjual gabah ke provinsi tetangga, tapi Aceh akan terus mengenjot produksi padi. Peningkatan produksi padi diyakini akan berdampak signifikan terhadap pendapatan petani.
Plt Gubernur Aceh Ir. Nova Iriansyah MT menyatakan hal tersebut saat Pencanangan Penanaman Cluster Padi Indeks Pertanaman (IP) 300 di Kecamatan Indragiri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh pada Selasa (23/4/2019) siang.
Lebih lanjut Nova mengatakan bahwa Aceh tidak hanya fokus di hulu saja dengan menggenjot produksi di lahan petani. Aceh juga harus menggarap di industri hilir karena nilai tambah keuntungan di hilir jauh lebih besar dibandingkan di hulu.
Sebagai contoh, saat ini petani Aceh sebagian besar jual gabah dengan harga sekitar Rp 4.500/kg. Padahal jika dijual dalam bentuk beras harganya jauh lebih tinggi, sekitar Rp 10.000-11.000/kg, apalagi beras premium bisa mencapai Rp 13.000/kg. Tampak bahwa petani Aceh hanya mendapat keuntungan sekitar 40%, sedangkan para middle man dari provinsi tetangga mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.
Pada acara yang sama, Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Pertanian Prof. Dedi Nursyamsi mewakili Menteri Pertanian menyatakan bahwa pencanangan penanaman padi IP 300 di Kabupaten Aceh Besar merupakan terobosan yang luar biasa. Program ini pasti meningkatkan produksi padi secara signifikan.
Pembangunan infrastruktur pertanian berupa bendung di Krueng Aceh dan Krueng Jreu mampu mengairi lahan sawah di Aceh Besar sekitar 29.000 hektare (ha) termasuk di dalamnya ada yang IP 100 dan IP 200. Bahkan hari ini dimulai IP 300 untuk lahan sawah seluas 500 ha, sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil padi Provinsi Aceh.
Selain infrastruktur, terangnya, inovasi teknologi pertanian juga merupakan pengungkit utama produksi padi. Saat ini, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Aceh mulai memperkenalkan varietas Inpari 32 yang mempunyai potensi hasil tinggi sekitar 12 ton/ha GKP (gabah kering panen), cara tanam jajar legowo, pemupukan berimbang dan lain-lain.
Dedi menambahkan, mekanisasi pertanian berupa penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) seperti traktor roda 4, jarwo transplanter, combine harvester, dan lain-lain mutlak diperlukan untuk mendukung IP 300 agar biaya produksi hemat dan prosesnya berlangsung cepat.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi Aceh A. Hanan SP, MM mengatakan, dengan produktivitas rata-rata sekitar 8 ton/ha GKP, harga gabah sekitar Rp 4.500,-/kg, dan IP 300, maka setiap hektare sawah dapat menghasilkan sekitar Rp 108 juta/tahun atau untuk 500 ha dapat hasil sekitar Rp 54 miliar. Tahun depan IP padi 300 akan dikembangkan di 3 Kabupaten lainnya, yaitu di Aceh Barat Daya, Pidie, dan Aceh Utara seluas 2.000 ha. Dengan demikian, produksi padi Aceh akan meningkat signifikan dan pendapatan petani juga meningkat. Agung Setyo/Kementan