Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Ternak (Balitnak) berhasil mengembangkan domba komposit Garut Agrinak untuk meningkatkan mutu genetik domba di Indonesia.
Domba Komposit ini dibentuk melalui perkawinan silang yang dilanjutkan dengan seleksi, dengan komposisi genetik 25% domba St. Croix, 25% domba M. Charollais, dan 50% domba Garut.
Rumpun domba ini lebih produktif dibanding domba lokal dan dapat beradaptasi pada berbagai kondisi agroekosistem. Rumpun domba hasil pemuliaan ini dapat dianjurkan untuk dikembangkan sebagai domba komersial.
Pengembangan domba komposit dapat dilakukan secara terintegrasi dengan usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan atau kehutanan dengan memanfaatkan bibit unggul dan inovasi teknologi Balitnak, hijauan maupun produk samping usahatani pertanian
Domba persilangan ini bertujuan untuk membentuk domba potong yang membawa sifat unggul dari para tetuanya, dengan laju pertumbuhan bobot badan pra sapih dan pasca sapih yang relatif cepat dan mampu beradaptasi dengan baik dilingkungan tropis lembab.
Keunggulan laju pertumbuhan ini akan tampak jika domba dipelihara secara intensif dengan kualitas pakan yang bermutu. Sifat unggul lain yang dibawa dari tetua lokalnya adalah jumlah anak sekelahiran yang relatif tinggi dan dapat beranak sepanjang tahun.
Warna tubuh pada domba Komposit Garut Agrinak tidak berbeda antara jantan dan betina. Umumnya berwarna putih serta bintik coklat sekitar hidung, mata dan kaki. Pola Warna tubuh dominan warna putih dan tan (coklat pucat).
Bobot badan jantan mencapai 40.25 ± 2.8 kg dan betina 31.25 ± 3.2 kg. Jumlah anak sekelahiran adalah 1,5-1,8 ekor/induk dengan bobot lahir 2,85 ± 0,04 kg dan bobot sapih 12,14-13,17 kg/ekor.
Hasil penelitian selama 6 generasi dan pengamatan lapang menunjukkan bahwa setelah dikembangbiakkan menghasilkan performa yang stabil.