Balittri Kembangkan Varietas Unggul dan Benih Kopi Berkualitas

Sukabumi, Technology-Indonesia.com – Menjamurnya kedai kopi di beberapa daerah di Indonesia, mengindikasikan bahwa keberadaan kopi di Indonesia makin populer dan permintaannya makin meningkat. Kopi yang dulu menjadi minuman wajib bagi orang tua, saat ini sudah menjadi minuman favorit kaum muda atau generasi milenial.

Meningkatnya permintaan kopi baik nasional maupun mancanegara menuntut petani dan produsen untuk terus meningkatkan produktivitas tanaman kopi dalam negeri. Hal ini membutuhkan ketersediaan varietas unggul dan benih berkualitas, teknik budidaya kopi yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, dan lain-lain.

Salah satu instansi yang fokus dalam pengembangan komoditas kopi adalah Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) di Jalan Raya Pakuwon Km 2 Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat. Di tempat yang luas dan asri ini, kopi bersama tanaman industri lainnya seperti kakao, karet, dan teh diteliti dan dikembangkan mulai dari perbenihan hingga produk siap saji.

Sejak berdiri pada 12 Oktober 2011, Balittri telah menghasilkan inovasi teknologi seperti varietas unggul, produk, serta benih sumber. Balittri merupakan transformasi dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri, karena adanya perubahan mandat komoditas. Balittri mendapat mandat melaksanakan penelitian empat komoditas utama yaitu kopi, kakao, karet, dan teh. Sementara komoditas pendampingnya ada kemiri sayur, kola, makadamia, melinjo, tamarin, iles-iles dan jarak pagar.

Kepala Balittri, Syafaruddin Deden mengatakan selama hampir 7 tahun, Balittri telah menghasilkan berbagai jenis varietas dari empat komoditas utama tersebut. Untuk komoditas kopi, selain jenis Arabika dan Robusta, Balittri mengembangkan kopi Liberika. Bahkan Balittri sudah melepas 2 varietas kopi Liberika hasil kerjasama dengan Pemda Riau yaitu Liberoid Meranti 1 (LIM 1) dan LIM 2.

Varietas yang dilepas pada 2015 ini, lanjutnya, memiliki keunggulan mampu beradaptasi di lahan pasang surut dan memiliki toleransi tinggi pada tanah yang kurang subur. Jika kopi Arabika tumbuh baik di dataran dengan ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), kopi Robusta tumbuh di dataran dengan ketinggian 400-800 mdpl, kopi Liberika cocok dikembangkan di lahan rawa pasang surut antara 5 mdpl hingga -5 mdpl.

“Biasanya lahan pasang surut ini ditanami jeruk, tapi sekarang dengan adanya Program Serasi (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani), kita kenalkan dengan menanam kopi Liberika,” terang Deden di Kantor Balittri pada Rabu (16/1/2019).

Menurut Deden, Liberika merupakan jenis kopi yang memiliki cita rasa unik antara Arabika dan Robusta. Kopi ini banyak disukai oleh Malaysia dan Singapura sehingga banyak petani di Riau, Jambi, dan beberapa daerah di Sumatera Selatan yang mengekspor ke negara tersebut. “Kopi ini sering disebut kopi nangka karena daunnya besar-besar,” tutur Deden.

Selain 2 varietas kopi Liberika, pada tahun 2018 Balittri melepas 4 varietas kopi Robusta dari Lampung yaitu varietas Korolla 1, Korolla 2, Korolla 3 dan Korolla 4. Korolla merupakan singkatan dari Kopi Robusta Liwa Lampung Barat.

Pada 2017, Balittri mendapat mandat untuk melakukan perbanyakan kopi Arabika dan Robusta yang dibagikan secara gratis kepada petani. Pendistribusian dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) bekerjasama dengan dinas-dinas pertanian di provinsi yang memiliki daftar CPCL (Calon Petani Calon Lokasi).

Karena sifatnya cross pollinated (menyerbuk silang), kopi Robusta jika diperbanyak melalui biji akan tumbuh dengan bermacam-macam kualitas. Untuk itu, perbanyakan benih Robusta di Balittri menggunakan stek berakar. Sementara, kopi Arabika umumnya menyerbuk sendiri (self pollinated) sehingga bisa diperbanyak menggunakan biji.

“Untuk Robusta kita punya kebun entres yang sudah bersertifikat sehingga bisa melakukan perbanyakan sendiri. Benih-benih yang kita produksi semua bersertifikat satu persatu, bukan blok. Ada label birunya semuanya,” terang Deden.

Rombongan dari Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture (PISAgro) sedang mengunjungi Kebun Percobaan Pakuwon milik Balittri pada Rabu (16/1/2019).

Fasilitas perbenihan komoditas perkebunan di Balittri terbilang modern dan lengkap dengan kapasitas produksi 2 juta benih per tahun. Deden mengungkapkan, Balittri sudah memiliki rumah kaca yang temperaturnya bisa diatur, karena efek dari temperatur dalam penyekapan saat pemasangan stek sangat bepengaruh.

“Untuk perbenihan robusta dengan temperatur sekian akhirnya kita dapatkan percepatan tumbuh dengan daya tumbuh hampir 98%. Peneliti Balittri juga sudah bisa mempersingkat waktu dari 3 bulan menjadi beberapa minggu sehingga sudah terbentuk daun,” tuturnya.

Deden berharap tiap provinsi memiliki kebun induk sehingga wilayah-wilayah yang akan mengembangkan Robusta bisa menggunakan sumber benih dari daerahnya. “Kita tinggal memberikan bimbingan teknis ke masyarakat atau dinas untuk perbanyakan,” lanjutnya

Deden mengungkapkan, pada 2017 total produksi benih untuk 4 komoditas utama mencapai 1,5 juta benih dan pada 2018 sekitar 800 ribu benih. Sementara pada 2019 direncanakan berkurang menjadi 600.000 benih karena sudah banyak petani yang mendapatkan benih-benih tersebut.

Selain kopi, Balittri juga telah melepas varietas kakao BL50 hasil kerjasama dengan Pemda Sumatera Barat dengan keunggulan produksinya bisa mencapai 3,6 ton/hektare (ha), adaptasinya luas, dan tingkat ketahanan terhadap busuk pangkal batang lebih toleran dibanding varietas lainnya. Balittri juga telah melepas 2 varietas teh Tambi 1 dan Tambi 2.

Dalam melaksanakan penelitian, Balittri didukung sarana penelitian yang memadai yang terdiri dari kebun percobaan (KP), laboratorium, dan Perpustakaan. Balittri memiliki empat kebun percobaan yaitu KP Pakuwon di dekaat Kantor Balittri seluas 154,6 ha. Selanjutnya KP Gunung Puteri di Cianjur dengan luas 5 ha, dan KP Cahaya Negeri di lampung Utara dengan luas 30 ha.

Selain perbenihan, pengembangan komoditas kopi dan kakao di hilir juga telah menghasilkan berbagai produk seperti permen coklat, bubuk coklat, kopi dan teh yang sudah siap saji. Produksinya dilakukan di instalasi bioindustri yang telah dilengkapi dengan mesin dan peralatan pengolahan kopi dan kakao.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author