Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolittungro) menggelar Gelar Teknologi Pengendalian Penyakit Tungro pada Senin (27/09/2021). Gelar teknologi ini berlokasi di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP), Lolittungro, Lanrang, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Bupati Sidrap, Dollah Mando dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada Lolittungro yang berada di wilayahnya yaitu di Kabupaten Sidrap, Sulsel. Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa mayoritas pertanaman padi di Kabupaten Sidrap aman dan terkendali dari serangan virus tungro.
“Saya harap lembaga ini terus berinovasi dan berkontribusi dalam pembangunan sektor pertanian sehingga dapat diandalkan untuk turut serta meningkatkan produkvitas padi di Kabupaten Sidrap. Saat ini, jarang sekali mendengar adanya serangan tungro di Kabupaten Sidrap,” ujar Dollah Mando.
Lebih lanjut, Bupati yang berlatar belakang mantan penyuluh ini aktif terjun langsung dalam kegiatan-kegiatan pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Sidrap. Dollah juga berpesan kepada peneliti agar dalam penelitiannya untuk senantiasa menomorsatukan rasa nasi.
“Banyak varietas padi baru yang dilepas dan produksinya tinggi, namun kurang begitu enak rasa nasinya, sehingga konsumen kurang begitu tertarik, Hal tersebut menjadi faktor para petani masih menggunakan varietas lama seperti varietas Ciherang dan Mekongga,” jelasnya.
Di tempat yang sama Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) Priatna Sasmita memaparkan komitmen Kementerian Pertanian RI melalui Balitbangtan terus berupaya dengan semaksimal mungkin untuk menciptakan program-program riset unggulan untuk kemajuan pertanian berkelanjutan.
“Bagi kita, sebagai peneliti pertanian hal yang paling membahagiakan adalah ketika karya-karya kita itu bisa dinikmati hasilnya oleh para petani, dan bisa memberikan dampak yang lebih luas,” papar Priatna.
Selanjutnya, Priatna juga menjelaskan perihal kegiatan gelar teknologi ini dalam rangka menyebarluaskan informasi teknologi pengendalian penyakit tungro dan penerapan model teknologi dalam kerangka mendukung stabilitas ketahanan pangan.
“Semoga dengan adanya kegiatan ini, wawasan petani meningkat karena satu teknologi penanganan tungro hasil inovasi peneliti Lolittungro telah kita saksikan. Semoga dengan penggunaan teknologi secara terpadu dapat memberikan peningkatan kesejahteraan dan kawasan pertanian yang berkelanjutan,” jelasnya.
Berbeda dengan sebelumnya, gelar teknologi kali ini merupakan gelaran teknologi uji terap paket teknologi hasil penelitian peneliti Lolittungro yang dinamakan model teknologi pengendalian terpadu bio-intensif penyakit tungro. Teknologi ini dirakit dengan beberapa komponen yaitu, waktu tanam tepat, varietas tahan, konservasi musuh alami dengan pola tanam tumpang sari (padi dan refugia), sistem tanam jajar legowo, dan penggunaan andrometa (kombinasi entomopatogen Metharizium anisopliae dan ekstrak daun sambiloto) yang bertujuan menekan kepadatan populasi wereng hijau dan insidensi tungro pada saat stadia tanaman peka/ kritis.
Lebih lanjut dijelaskan, model ini berimplikasi mendukung peningkatan produksi padi yang mempunyai nilai tambah dan daya saing dengan terciptanya agroekosistem sawah yang sehat dan berkelanjutan. Nilai tambah teknologi dan daya saing padi di pasaran adalah ramah lingkungan, misalnya penggunaan varietas tahan dan konservasi musuh alami maupun agens hayati (andrometa). (Sumber Balitbangtan)