Jakarta, Technology-Indonesia.com – Potensi limbah sekam padi di Indonesia sangat besar, namun pemanfaatannya belum optimal. Selama ini sekam padi hanya menjadi limbah yang nyaris tak bernilai. Belum banyak yang tahu, jika sekam padi mengandung banyak silika (SiO2), senyawa alami yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomi tinggi.
Pada tahun 2016 saja, dari produksi padi sejumlah 79,36 juta ton gabah kering giling (GKG) dihasilkan sekam padi sekitar 15,87 juta ton. Saat ini gundukan sekam yang tinggi di halaman belakang penggilingan padi di sentra-sentra produksi merupakan pemandangan lumrah.
Berkat riset yang intensif, Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian, melalui Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB-Pascapanen) berhasil mengembangkan produk silika dari sekam padi atau dikenal dengan biosilika.
Kepala BB-Pascapanen, Risfaheri mengatakan dengan menggunakan metode sol–gel, silika yang terdapat dalam sekam padi dapat diekstrak untuk dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri. Sebelumnya, BB-Pascapanen telah mengembangkan produk pupuk biosilika (biosinta) dari sekam padi untuk memacu pertumbuhan dan memperkuat ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Potensi biosilika dari sekam padi yang bisa diperoleh mencapai lebih dari 2 juta ton per tahun. Kehadiran produk biosilika tersebut dapat meningkatkan nilai tambah sekam padi yang selama ini nyaris tak bernilai, seringkali dibuang, dan membebani lingkungan.
“Yang tak kalah penting, pemanfaatan sekam padi menjadi produk biosilika turut menyempurnakan kesuksesan swasembada padi berkelanjutan di Indonesia” ujar Risfaheri.
PT. Triangkasa Lestari Utama, perusahaan rubber compound and product manufacturer, pada Januari 2018 secara resmi menyatakan minatnya bekerjasama dengan BB-Pascapanen untuk melakukan ujicoba penerapan biosilika dari sekam padi sebagai reinforcing filler pada rubber compound bahan pembuatan sepatu dan sandal.
David Chrisnaldi Direktur PT. Triangkasa Lestari Utama, mengatakan penggunaan silika pada rubber compound dapat meningkatkan performa produk, seperti tensile strength, elongation, abrasion resistance, dan resilience. Saat ini sebagian besar kebutuhan silika di dalam negeri dipenuhi melalui impor. Silika tersebut berasal dari bahan pasir kuarsa/batuan mineral ataupun sintetik. Di pasar internasional silika rata-rata silika diperdagangkan dengan harga berkisar USD 1–6 per kg, tergantung spesifikasi mutunya.
Hoerudin peneliti biosilika BB-Pascapanen, mengatakan teknologi proses yang telah dikembangkan mampu menghasilkan biosilika dari sekam padi dengan rata-rata kadar air 2,5%, kandungan SiO2 hingga 99%, dan luas permukaan spesifik mencapai 236 m2/g. Dari 1 kg sekam dapat menghasilkan sekitar 150g – 200g silika atau kandungan silika 15-20% dari sekam padi.
“Karakteristik unik lainnya, ukuran partikel biosilika dari sekam padi sudah berskala nanometer (20 – 100 nm), sehingga dapat meningkatkan performa produk akhir” ujar Hoerudin pada Rabu (7/3/2018).
Menurut Hoerudin, manfaat silika dari sekam padi secara umum dapat digunakan seperti silika yang berasal dari sumber lainnya. Misalnya untuk penguat ban kendaraan, semikonduktor elektronik, penghambat korosi, katalis, anticaking pada pangan, pemurnian minyak, pembersih pada pasta gigi, bahan kosmetika, pembersih deterjen, bahan cat, bahan penghantar obat, serta unsur hara tanaman.
Ia berharap berkembangnya produksi dan pemanfaatan biosilika dari sekam padi di dalam negeri akan mendorong peningkatan nilai ekonomi sekam padi dan mengurangi impor silika. “Hal ini dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan industri penggilingan padi, pendapatan petani, sekaligus mengatasi masalah lingkungan akibat pembuangan dan pembakaran sekam secara sembarangan,” pungkasnya