Menristekdikti Mohamad Nasir bersama Rektor Universitas Gunadarma Margianti. Foto Ardian Syaputra/ BKKP Kemenristekdikti
Technology-Indonesia.com – Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi begitu cepat. Karena itu kebijakan di bidang pendidikan tinggi harus dirumuskan secara cepat, tepat, dan relevan dalam menghadapi lingkungan baru dan era baru yaitu Revolusi Industri 4.0.
“Ini juga berdampak pada kebijakan di pendidikan tinggi yang berbeda di masa lalu karena efek dari revolusi industri 4.0 ini. Pendidikan global sudah memungkinkan komunikasi antar negara bisa dilakukan, bahkan mahasiswa pun dapat melihat situasi dunia karena efek dari Globalization of Education,” ujar Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Gunadarma, Cikunir, Bekasi Selatan, Selasa (6/3/2018).
Kuliah umum bertema “Kebijakan Pendidikan Tinggi dalam Era Revolusi Industri 4.0,” ini diikuti civitas akademika Universitas Gunadarma, Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Patdono Suwignjo, Sekretaris Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti Agus Indarjo, Sekretaris Pelaksana Kopertis Wilayah III Putut Pujogiri dan tamu undangan lainnya.
Terkait pelaksanaan program prioritas nasional, Kemenristekdikti tetap melakukan secara relevan dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan bantuan beasiswa Bidikmisi, Revitalisasi Perguruan Tinggi Vokasi, Pembelajaran Daring, dan Peningkatan Kualitas Perguruan Tinggi (Akreditasi dan Reputasi Internasional ). Program terkait riset dan pengembangan diarahkan pada penciptaan teknologi teknologi masa depan yang mendukung Revolusi Industri 4.0.
“Sedangkan program terkait inovasi diarahkan pada pemanfaatan teknologi maju dan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, membebaskan nomenklatur prodi untuk mendukung pengembangan kompetensi industri serta membangun teaching factory industri 4.0,” sambung Nasir.
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang sangat cepat, lanjutnya, menjadi perhatian bagi civitas akademika sehingga pembelajaran berbasis TI harus dipertimbangkan untuk menentukan kompetensi mahasiswa.
“Perubahan teknologi informasi sangat mendukung perkembangan Revolusi Industri 4.0. Negara yang akan menjadi pemenang bukan negara yang penduduknya besar, tetapi negara yang mempunyai inovasi besar akan menjadi pemenangnya,” imbuhnya.
Keberadaan inovasi akan berdampak positif yaitu mendorong perusahaan multinasional dan investasi ke negara-negara berkembang yang akan mendorong dan menyediakan lapangan kerja. Di samping keahlian baru bagi penduduk negara-negara berkembang, pertukaran ide, informasi, pengalaman, dan gaya hidup akan jauh lebih efektif untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Pada kesempatan yang sama, Menristekdikti Mohamad Nasir memberikan SK (Surat Keputusan) terkait izin pembukaan Program Studi (Prodi) Pendidikan Kedokteran Universitas Gunadarma kepada Rektor Universitas Gunadarma Margianti.
“Karena Universitas Gunadarma sudah resmi mendapatkan izin, jangan menunggu sampai 15-20 tahun lamanya untuk mengembangkan prodi pendidikan dokter ini. Saya yakin Universitas Gunadarma mampu melakukannya dengan cepat,” terangnya.
Menteri Nasir menjelaskan, izin prodi kedokteran tidak main-main dikeluarkan karena harus melewati proses panjang dan kelayakan dari suatu universitas untuk menjalankan prodi tersebut.
“Izin prodi kedokteran yang diberikan harus berkualitas. Kami lakukan cek syarat dosen, mahasiswa, sumber daya dan infrastruktur. Nantinya harus mampu menghasilkan lulusan yang baik. Dosen yang terpenuhi di prodi kedokteran juga harus berkualitas,” tutupnya.