JAKARTA – Hilirisasi adalah ujung dari kegiatan penelitian yang memiliki dampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat dan perekonomian nasional. Hilirisasi ini terjadi tidak hanya karena kontribusi ristekdikti atau perguruan tinggi, tetapi kontribusi dari banyak elemen masyarakat. Untuk itu diperlukan persamaan persepsi dalam menggalang program-program strategis yang berujung pada hilirisasi.
Direktur Jenderal Kelembagaan Iptekdikti, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Patdono Suwignjo menyebutkan inovasi-inovasi yang dihasilkan di Indonesia belum banyak yang memiliki dampak langsung bagi masyarakat. Untuk itu Kemenristekdikti memiliki sejumlah kebijakan guna meningkatkan hal tersebut dari sisi kelembagaan.
Salah satu upaya Kemenristekdikti untuk memperkuat inovasi dari sisi kelembagaan adalah melalui pengembangan Pusat Unggulan Iptek (PUI). “Selanjutnya, salah satu kapasitas yang dikembangkan dalam kerangka pembinaan PUI yakni kapasitas hilirisasi (disseminating capacity). Hilirisasi ini ditujukan untuk mendorong produk-produk PUI masuk dalam tataran industrialisasi,” kata Patdono saat membuka Workshop Menuju Hilirisasi Produk Unggulan Pusat Unggulan Iptek, di Gedung II BPPT, Jakarta, pada Selasa (13/12/2016).
Lembaga-lembaga litbang yang akan menjadi PUI terlebih dahulu harus memiliki sejumlah kriteria baik itu dari aspek academic excellence (35%) serta komersialisasi dan pemanfaatan (65%). Penelitian yang dihasilkan lembaga litbang yang sudah masuk kategori Technology Readiness Level (TRL) tahap sembilan akan didampingi secara kelembagaan supaya dapat menjadi PUI.
“Syarat menjadi PUI adalah menghasilkan satu produk yang berhasil diproduksi massal. Jika sudah banyak produk yang bisa dihasilkan maka bisa dibina menjadi Science Techno Park (STP),” jelas Patdono. PUI yang tahun ini ditetapkan menjadi STP adalah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Jawa Timur.
Salah satu upaya nyata dalam kapasitas pembinaan kelembagaan iptek dan dikti adalah fasilitasi dan asistensi teknis terkait penyiapan produk yang dilengkapi data dan informasi positioning produk menuju hilirisasi. Pemetaan positioning ini menjadi penting untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesiapan produk unggulan tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Lembaga Litbang Kemenristekdikti, Kemal Prihatman mengatakan saat ini komunitas lemlitbang yang dibina oleh Kemenristekdikti telah menghasilkan sekitar 230 produk dari 49 lembaga baik itu lembaga pemerintah, badan usaha maupun perguruan tinggi.
Produk-produk tersebut berasal dari delapan bidang yang menjadi fokus utama yakni pangan dan pertanian, energi, transportasi, pertahanan, teknologi informasi dan komunikasi, kesehatan dan obat, material maju, dan maritim. “Dari delapan bidang fokus tersebut yang paling banyak adalah klaster pertanian pangan, dari 18 lembaga (pangan pertanian) terdapat sekitar 108 produk,” ujar Kemal.
Workshop ini diharapkan dapat menghasilkan Peta Perkembangan Produk Unggulan yang dapat menjadi bahan masukan bagi tahapan selanjutnya. Serta dapat meneguhkan kembali semangat menuju lembaga litbang yang unggul, inovatif, dan berdaya saing.