Badan Litbang Pertanian Luncurkan Teknologi Padi Largo Super

Kebumen, Technology-Indonesia.com – Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045 merupakan target jangka panjang sektor pertanian. Sementara, laju pertambahan penduduk menyebabkan peningkatan permintaan beras. Pencapaian target tersebut akan sangat berat jika produksi padi hanya bertumpu pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Muhammad Syakir mengatakan sejumlah ekosistem potensial perlu mendapat perhatian dalam pengembangan padi antara lain lahan kering masam, lahan rawa pasang surut, lahan perkebunan, lahan tanaman hutan, serta lahan kering dataran tinggi.
“Selama ini kita konsentrasi untuk peningkatan produktivitas pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Ke depan, kita harus memanfaatkan lahan kering sebagai sumber penghasil padi. Potensi lahan kering di Indonesia sangat besar, kurang lebih 24 juta hektar belum dioptimalkan pemanfaatannya,” kata M. Syakir pada acara Panen Raya dan Launching Teknologi Padi Largo Super di Desa Banjareja, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, pada Senin (12/2/2018).
Largo Super merupakan inovasi-inovasi teknologi dari Balitbangtan untuk lahan kering yang telah diformulasikan sehingga menjadi teknologi terintegrasi. Largo berasal dari kata Larikan Gogo yang merupakan gambaran sistem tanam di lahan kering secara larikan.
Model ini mengikuti keberhasilan sistem Jarwo (Jajar Legowo) Super yang sudah terlebih dahulu dikembangkan untuk lahan sawah dan merupakan penyempurnaan dari pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi gogo yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Balitbangtan.
Balitbangtan telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi padi spesifik lahan kering. Dari segi varietas sejumlah varietas unggul padi gogo potensi hasil tinggi telah dilepas oleh Balitbangtan baik untuk lahan kering terbuka, lahan kering di bawah tegakan dan lahan kering dataran tinggi. Varietas unggul tersebut antara lain Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, dan Inpago 11.
“Untuk menghasilkan produktivitas dan efisiensi sehingga menarik secara pendapatan ekonomi bagi petani untuk mengintensifkan budidaya padi pada lahan kering ini, maka badan litbang pertanian menyiapkan varietas unggul padi gogo. Memang sekarang sudah ada petani yang menanam padi gogo tapi produktivitasnya masih rendah sekitar 4 ton/hektar,” terangnya.
Selain varietas, Balitbangtan juga telah menghasilkan inovasi Alsintan (alat dan mesin pertanian) yang sesuai untuk lahan kering dari sejak olah tanah, tanam dengan sistem Atabela (alat tanam benih langsung), penyiangan, panen hingga pasca panen. Karena lahan kering tingkat kesuburannya rendah, para peneliti Balitbangtan juga telah menghasilkan berbagai formula pupuk hayati dan pestisida hayati yang terbukti efektif untuk mendongkrak hasil padi di lahan kering.
Pengolahan tanah dengan menggunakan pupuk organik ditambah biodekomposer Agrodeko dapat mempercepat proses pengomposan biomassa tanaman secara in situ dengan menurunkan C/N dari 40-60 menjadi 15-20 dalam waktu lebih kurang 14 hari. Komponen teknologi lainnya berupa penggunaan pupuk hayati Agrimeth pada benih padi. Serta, penggunaan pupuk an-organik yang berimbang berdasarkan Perangkat Uji Tanah untuk Lahan Kering (PUTK).
Menurut M. Syakir, keberhasilan pendekatan Largo Super untuk meningkatkan produktivitas padi di lahan kering secara nyata dapat dilihat di areal demfarm 100 hektar di Kecamatan Puring. Selain pada areal demfarm di lokasi ini, terdapat juga padi gogo yang ditanam di bawah tegakan kelapa yang saat ini telah berada pada fase generatif.
“Kami memperoleh data dari tim BPS yang telah melakukan ubinan terhadap beberapa titik pertanaman Largo bahwasanya produktivitas padi di lahan kering di demfarm ini dapat mencapai 7.9 ton/ha dengan pendekatan Largo Super. Capaian ini meningkat hampir 3 ton dibandingkan rata-rata di petani yang hasilnya sekitar 4 ton/hektar,” terangnya.
Kepala Balitbangtan optimis teknologi Largo Super bisa diterapkan secara lebih luas lagi di sentra-sentra lahan kering lainnya di Indonesia. Kegiatan scaling up ini akan dikawal oleh Peneliti dan Penyuluh BPTP Balitbangtan di 33 Provinsi.
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author