Jakarta, Technology-Indonesia.com – Serangan hama pada tanaman padi dapat mempengaruhi produksi secara kualitatif maupun kuantitatif, serta mampu menurunkan produksi sebesar 20,7%. Bahkan, serangan hama bisa menyebabkan gagal panen jika tidak dilakukan pengendalian secara efektif.
Banyak cara dilakukan para petani padi untuk membasmi serangga hama. Salah satunya yang banyak dilakukan yakni dengan cara menyemprotkan zat kimia/pestisida yang harganya relatif mahal dan kurang efisien karena hama bisa datang darimana saja.
Untuk mengatasi serangan hama di kawasan food estate Kalimantan Tengah (Kalteng), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian menggunakan light trap. Alat tersebut ditempatkan di lahan sawah milik petani di Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng.
Light trap atau sering disebut lampu perangkap merupakan salah satu alat yang berfungsi sebagai perangkap hama padi jenis serangga. Selain sebagai perangkap, hama light trap juga berfungsi sebagai alat untuk monitoring keberadaan hama serangga yang ada di lahan sawah .
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) Dr. Priatna Sasmita mengatakan light trap merupakan model lampu perangkap hama yang dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). Light trap membantu petani untuk monitoring dan mengendalikan serangan hama serta dapat mengetahui berbagai jenis hama serangga yang ada di lahan sawah.
“Adanya light trap ini, sedini mungkin petani dapat mendeteksi keberadaan jenis hama apa saja yang ada di pesemaian atau pertanaman seperti walang sangit (leptocorixa acuta), wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng hijau (Niphotettix virescens) dan lain sebagainya. Bila tidak dikendalikan akan merugikan petani. Jadi fungsinya sebagai alat monitoring dan sebagai alat perangkap yang secara langsung mengurangi populasi hama serangga di lahan sawah,” tegas Priatna.
Satu unit light trap dengan daya lampu 160 watt dapat digunakan sebagai alat monitoring pada hamparan sawah seluas 300-500 ha, sedangkan untuk pengendalian bisa digunakan di lahan seluas 50 ha.
“Banyaknya hama serangga yang terperangkap pada light trap ditentukan oleh besar kecilnya cahaya lampu yang digunakan. Jadi, semakin terang cahaya lampu yang digunakan, maka makin banyak hasil tangkapan hama yang terperangkap pada light trap,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Balitbangtan Dr. Fadjry Jufry menyampaikan bahwa light trap adalah salah satu komponen teknologi budi daya padi pada paket teknologi RAISA yang diusung Balitbangtan dan diterapkan pada food estate Kalteng. Diharapkan keberadaannya dapat mengurangi serangan hama padi jenis serangga serta pastinya akan meminimalisir penggunaan pestisida.
“Banyaknya dan jenis hama padi yang terperangkap pada light trap, dapat dijadikan indikator oleh petani untuk melakukan penyemprotan pestisida pada lahan sawah. Jadi, light trap dapat mengurangi penggunaan pestisida juga,” terangnya.
Mekanisme kerja light trap diletakkan di pinggir pematang sawah dengan ketinggian 150-250 cm dari permukaan tanah, letak bisa disesuaikan dengan kondisi karena alat ini menggunakan lampu sehingga memerlukan sumber energi listrik. Lampu dinyalakan setiap hari mulai pukul 6 sore sampai dengan pukul 6 pagi. Hasil tangkapan diambil setiap pagi kemudian diamati jenis serta jumlah serangga yang tertangkap.
Light trap terdiri dari empat komponen yaitu lampu, corong dan kantung plastik, serta rangka beratap. Fungsi lampu untuk menarik serangga pada waktu malam hari, corong tempat masuknya serangga, kantong plastik untuk menampung serangga yang tertangkap dan rangka beratap untuk melindungi lampu serta hasil tangkapan terutama dari hujan. (Sumber Balitbangtan)