Kupang, Technology-Indonesia.com – Food and Agriculture Organisation (FAO) dan Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian telah bekerjasama dalam penerapan sistem Pertanian Konservasi (PK) sejak 2014. Sistem PK dipraktekan di 8 kabupaten di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan 21 kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT). PK juga telah diperkenalkan di beberapa kabupaten di Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Berkenaan dengan berakhirnya kerjasama tersebut, FAO menyelenggarakan workshop bertajuk “Promoting Conservation Agriculture for Productivity, Production and Climate Resilience in Indonesia” di Kupang pada 7-8 Februari 2019. Workshop membahas berbagai hal dan pemaparan pengalaman penerapan PK di masing-masing kabupaten. Acara diawali dengan Temu Lapang di Desa Camplong II, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang.
Pertanian konservasi merupakan sistem pertanian yang menerapkan 3 prinsip yakni pengolahan lahan terbatas, penutupan permukaan tanah, dan rotasi tanaman. Meskipun istilah konservasi telah lama dikenal di dunia pertanian, namun pada praktiknya PK tidak dapat langsung diterima oleh petani. Petani pada umumnya ingin melihat dulu hasil PK dan diyakinkan dengan contoh. Setelah itu, petani baru mau menerapkan PK.
Bupati Kab. Kupang, Korinus Masneno saat Temu Lapang mengatakan, teknik PK terbukti berhasil diterapkan di NTT. Masneno menyatakan dukungan terhadap petani untuk menerapkan PK. “Dengan cara konvensional petani hanya menghasilkan 2,7 ton/ha, setelah penerapan PK mencapai 4.5-6 ton/ha,” paparnya.
Perwakilan FAO di Indonesia, Stephan Rudgad berharap teknik PK dapat diterapkan secara lebih luas di Indonesia melalui kebijakan pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten.
Menurut Harlan Hale, Official Oficer USAID, PK baru terlihat hasilnya setelah penerapan selama 3 tahun. Penerapan PK di dunia, paparnya, mencapai 100 juta hektare meliputi 47% di Amerika Selatan, 39% di Amerika Utara 9% di Australia, dan sisanya di Asia.
Koordinator Nasional Projek Pertanian Konservasi/ Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur mengatakan teknik pertanian konservasi sangat bermanfaat terutama untuk diterapkan di lahan kering dan iklim kering. Teknik pertanian ini terbukti dapat meningkatkan hasil, melindungi lahan dan menjaga kesuburan serta mempertahankan kelembaban tanah.
Pada prinsipnya Kementerian Pertanian, melalui Badan Litbang Pertanian mendukung sepenuhnya kegiatan ini dan diharapkan dapat terus diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Dalam kesempatan tersebut, Ujang Suparman, Manajer Program FAO pertanian konservasi NTB-NTT menilai PK dinilai amat berhasil diterapkan baik di NTT maupun di NTB.
Pada kegiatan temu lapang, Marsela petani asal Camplong II yang telah menerapkan PK tahun kedua menyatakan kesungguhannya untuk tetap menerapkan PK. “Dulu kami sulit mendapatkan hasil yang bagus, kami juga hanya bisa bertanam satu kali setahun. Sekarang dengan hasil yang lebih tinggi, kami bisa bertanam jagung dua kali dalam setahun dengan hasil yang lebih tinggi,” paparnya.
Bagi Marsela, pertanian konservasi menjadi pilihan terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Saefoel Bachri