BRIN Libatkan Petani dalam Seleksi Varietas Padi Tadah Hujan

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Tanaman Pangan menginisiasi penelitian partisipatif yang melibatkan petani secara aktif dalam seleksi varietas padi tadah hujan. Penelitian ini dilakukan di empat lokasi, termasuk Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, pada Selasa (4/6/2024).

Dalam kegiatan ini, petani diajak untuk terlibat langsung dalam pemilihan varietas padi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sebagai bagian dari upaya menghasilkan tanaman pangan yang lebih produktif dan berkelanjutan.

Melansir dari laman brin.go.id, Peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Vina Eka Aristia menyampaikan adanya perubahan sistem penelitian padi.

“Selama ini pelepasan varietas padi hanya melibatkan peneliti tanpa mengetahui apakah varietas tersebut disukai dan sesuai dengan kebutuhan petani,” ungkapnya.

Untuk itu, petani diajak secara aktif untuk terlibat dalam pemilihan varietas padi yang sesuai dengan keinginan petani.

“Penelitian kali ini dilakukan dengan sistem desentralisasi riset atau penelitian partisipatif. Kami melibatkan peran aktif petani dalam proses penilaian dan pemilihan varietas padi yang sesuai,” ujarnya.

Vina mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan pada lahan tadah hujan melibatkan sekitar 220 petani di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Bali.

“Tujuannya untuk menilai dan mendapatkan saran dari petani mengenai padi yang sesuai dengan lahan marginal dan memenuhi kebutuhan petani secara sosial ekonomi,” tambahnya.

Penelitian ini merupakan persilangan dan mutasi dari varietas yang ada sebelumnya. Tujuan akhir dari kegiatan riset ini untuk menghasilkan genotipe yang sesuai.

Vina menjelaskan, dari 17 galur awal, dipilih menjadi 15 galur untuk diuji coba lagi. Selanjutnya, diuji 10 galur dan yang terakhir dicoba 6 galur di lahan tadah hujan. Harapannya, galur-galur yang terpilih dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk dilepas.

“Galur yang kami gunakan sudah merupakan galur tingkat lanjutan, yaitu lebih dari generasi ke-8. Proses awalnya adalah melalui persilangan dan mutasi, kemudian dipilih yang sesuai dengan adaptabilitas, produksi, ketahanan hama, dan ketahanan penyakit. Saat ini, galur yang kami uji coba sudah mencapai generasi ke-10 dan telah diuji di agroekosistem,” jelas Vina.

I Gusti Komang Dana Arsana, peneliti dari Pusat Riset Tanaman Pangan mengungkapkan dengan semakin banyaknya lahan-lahan ke arah kekeringan maka dilakukan riset pada beberapa galur varietas padi yang berpotensi untuk lahan kering.

“Bahan tanam ditanam di lahan petani tanpa pengairan, hanya memanfaatkan curah hujan yang ada. Kegiatan riset ini merupakan kerja sama dengan ketua subak dan petani Desa Tanguntiti Subak Aseman 4 wilayah Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Selemadeg Timur,” paparnya.

Lebih lanjut Komang menjelaskan bahwa kegiatan kali ini melakukan temu lapang uji prevalensi nasi dari beberapa varietas padi yang dicobakan. “Kami sedang menguji adaptasi 6 galur padi dan 4 varietas yang sudah dirilis,” terang Komang.

I Wayan Sukaartama, pekaseh Subak Aseman 4 menyatakan bahwa selama 10 tahun terakhir Subak Aseman 4 sudah mengalami kekeringan.

“Kondisinya sudah mengarah pada sawah tadah hujan. Penemuan varietas padi tahan kekeringan pada kegiatan demplot menjadi harapan petani. Kami memerlukan solusi dalam menghadapi masalah kekeringan yang selama ini menghambat upaya pertanian padi,” ungkapnya.

Wayan menambahkan dengan melakukan demplot pada 10 varietas padi, diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut dalam upaya mengatasi masalah kekurangan air pada musim-musim tanam berikutnya.

Hal senada juga di ungkapkan I Ketut Sarjawa Kepala BPP Selemadeg Timur, bahwa lahan di Kecamatan Selemadeg Timur dapat dianggap sebagai lahan tadah hujan. Meskipun terdapat irigasi, namun irigasi tersebut hanya berfungsi pada musim hujan sehingga hanya pada saat itu pula penanaman untuk Indeks Penanaman (IP) dapat dilakukan.

Secara umum IP di Kecamatan Selemadeg Timur adalah 135. Untuk daerah Tangguntiti yang merupakan lahan tadah hujan, IP padi hanya mencapai 100.

“Dengan adanya varietas padi baru, kami berharap adanya galur padi yang tahan terhadap kekeringan untuk dapat meningkatkan IP. Selain itu, kami berharap galur yang baru dapat meningkatkan produksi dan produktivitas padi di Kecamatan Selemadeg Timur,” ungkap Sarjawa.

Sarjawa berharap kegiatan riset tanaman produksi agar tetap berkelanjutan. “Kami berharap bantuan riset untuk mengetahui varietas-varietas yang paling cocok dikembangkan di daerah Tangguntiti. Jika perlu sampai pada musim tanam  ketiga, untuk mengetahui apakah pertumbuhan tanaman padi akan konsisten pada setiap musimnya,” pungkasnya. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author