Teknik Cutting Pembibitan Akasia di RAPP

Pusat pembibitan (nursery) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) mampu menghasilkan 200 juta bibit setiap tahun. Pusat pembibitan RAPP tersebar di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Baserah dan beberapa “satellite nursery”.

Di central nursery Pangkalan Kerinci, produksi bibit dilakukan dengan dua cara yaitu cutting dan seedling. Dalam proses pembibitan melalui teknik cutting, daun bibit distek agar menghasilkan kualitas genetik yang sama.

Menurut Afri Dharma Asisten Kepala Nursery PT RAPP Pelalawan, Riau, teknik cutting lebih bagus dibanding teknik lainnya karena kualitasnya bisa dikontrol. Hasil kayu yang dihasilkan sangat baik mencapai 5 meter kubik per hektar per tahun lebih banyak dibandingkan dengan seedling.

Bibit yang distek berasal dari pucuk daun pohon induk hasil seleksi yang berada di Mother Plant House. “Pohon induk tingginya hanya 15 cm, karena menurut ilmu biologi semakin dekat dengan akar maka tingkat keberhasilan pengakaran lebih baik,” terang Afri.

Di pusat pembibitan Pangkalan Kerinci ada 1.2 juta pohon induk. Sementara di Pelalawan dan Baserah masing-masing 800 ribu pohon induk. “Jadi RAPP memiliki 2.8 juta tanaman induk untuk tiga jenis tanaman yaitu akasia crassicarpa, akasia mangium, dan eucalyptus,” lanjutnya.

Dalam proses stek, daun dipotong dengan gunting, menyisakan kurang lebih sepertiga bagian dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Pemotongan miring bertujuan agar air lekas turun ke wadah atau media tanam. Jika dipotong mendatar, daun akasia bisa cepat busuk karena bekas irisan terlalu lama menampung air.

Daun yang telah dipotong ditanam dahannya di wadah-wadah kecil yang berada dalam sebuah boks.  Media tanamnya berupa serbuk kulit kelapa bagian dalam atau serat pendek kelapa (cocopead) yang telah dihaluskan dan dicampur pupuk.  “Untuk area nursery ini kita membutuhkan 90 ton cocoped per bulan,” ujarnya.

Proses perawatan bibit dilakukan melalui proses penyiraman dengan kabut air untuk menjaga kelembaban daun. Teknik pengkabutan ini bisa menghemat air daripada penyiraman langsung dengan selang. Selama empat minggu, pada masa penumbuhan akar, pengkabutan dilakukan setiap lima menit sekali dengan durasi 30 menit.

Setelah empat minggu, ketika akar mulai tumbuh dan muncul daun baru, proses penyiraman berkurang setiap 8-10 menit dengan durasi lima menit. “Durasi proses penyiraman tergantung cuaca, ketika mendung durasi penyiraman kita kurangi,” terang Afri.

Pada usia 5-6 minggu sudah mulai dilakukan penjarangan dan pemilahan bibit berdasarkan ukuran. Hal ini berfungsi untuk mempermudah perawatan. Bibit yang tumbuhnya tidak bagus akan disingkirkan.

Setelah berumur 9-10 minggu, bibit akasia siap ditanam di lapangan. Pohon akasia sudah layak panen dalam usia lima tahun dengan diameter mencapai 25 cm dan ketinggian lima meter.

“Setiap tahun pusat pembibitan di Pangkalan Kerinci seluas 18 hektar ini mampu menghasilkan 50 juta bibit. Sementara di Baserah 50 juta bibit dan di Pelalawan 40 juta bibit. Jadi dari central nursery saja sudah menghasilkan 140 juta bibit per tahun. Untuk area yang jauh, kita membangun satelitte nursery,” ujar Afri Dharma.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author