Jakarta, technology-indonesia.com – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menjalankan berbagai strategi untuk menyukseskan pembangunan Science Techno Park (STP) yang menjadi program prioritas pemerintah. Salah satunya, berkolaborasi dengan negara-negara yang memiliki rekam jejak dalam pembangunan Science Techno Park (STP) seperti Swedia, Jerman, Swiss, dan Taiwan.
Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti, Kemenristekdikti, Patdono Suwignjo mengatakan Kemenristekdikti diberikan tanggung jawab besar sebagai koordinator pembangunan STP yang dilaksanakan berbagai kementerian dan LPNK. Saat ini total STP dibiayai pemerintah sebanyak 60 STP.
Salah satu tujuan STP untuk menghasilkan pengusaha pemula berbasis teknologi (PPBT). “Kalau banyak pengusaha berbasis teknologi dilahirkan maka di daerah tersebut ekonominya akan bergerak lebih baik dan peningkatan teknologinya juga lebih baik,” jelas Patdono seusai membuka Seminar Internasional bertema How Science and Techno Parks Propel Innovation: Swiss and Indonesian Experience, di Jakarta, Kamis (13/7/2017).
Menurut Patdono, STP merupakan sesuatu yang relatif baru dan sangat besar. Di negara-negara lain, membangun satu STP membutuhkan waktu 28 hingga 35 tahun. “Itu sesuatu yang sangat besar karena bukan memproduksi barang, tapi memproduksi perusahaan. Untuk itu, kita gunakan segala strategi dan effort untuk bisa menyukseskan pembangunan STP,” terangnya.
Seminar hasil kerjasasama Kemenristekdikti dan Kedutaan Besar Swiss untuk Indonesia ini dihadiri peserta dari perguruan tinggi, pusat studi, pengelola STP, dan dunia industri. Kegiatan dalam seminar ini berupa diskusi, maupun sharing experience bagaimana perguruan tinggi dan STP di Swiss membangun dan mengoperasikan STP sehingga bisa sukses.
“Untuk itu kita mengundang institusi-institusi, baik perguruan tinggi, lembaga riset, maupun industri yang sedang membangun STP untuk mendengarkan dan sharing pengalaman kemudian kita jajaki kerja sama,” ungkap Patdono.
Kerja sama yang diharapkan antara lain program magang pemula STP ke Swiss untuk menambahkan keterampilan. Kerjasama lainnya berupa teknologi transfer dan inkubasi bisnis yang menjadi salah satu operasi penting dalam STP. Patdono berharap, nantinya STP yang ada di Swiss untuk mensupervisi STP di Indonesia.
Selain di bidang STP, lanjutnya, kerjasama yang akan disepakati adalah bantuan di bidang revitalisasi Politeknik. Kemenristekdikti menunjuk Politeknik di Jember yang fokus di bidang Food and Agriculture.
Patdono mengatakan, Indonesia masih lemah dalam food processing. “Mungkin dalam menanam buah kita sudah bagus, tapi bagaimana memprosesnya masih sangat ketinggalan. Untuk itu kita minta pemerintah Swiss melalui Swiss Contact untuk mendesain dan memproduksi pabrik mini untuk mengolah kopi dan cokelat yang memenuhi standar higienis internasional,” terangnya.
Politeknik ini, nantinya akan bekerja sama dengan mensuport STP Kopi dan Kakao di Jember. STP Jember sudah memiliki mini plan untuk memproduksi dan memproses kopi dan cokelat untuk small and medium enterprise. Tapi, peralatan yang dijual di seluruh Indonesia tersebut belum memenuhi standar higienis internasional.
“Di samping nanti ada expert yang datang ke sini, orang dari Politeknik akan kita kirim magang di pabrik mini di Swiss yang terkenal dalam mengolah kopi dan cokelat. Di sana mereka belajar bagaimana merancang dan memproduksinya,” ungkap Patdono.
Kemenristekdikti juga akan menjajaki kemungkinan kerjasama dengan Politeknik di Laussane, Swiss untuk membantu Poltek-Poltek yang lain. Saat ini Kemenristekdikti sedang merevitalisasi 12 Politeknik.
“Dalam rangka Revitalisasi Politeknik, kita besok akan mengirimkan dosen-dosen Politeknik yang belum mempunyai keterampilan dan sertifikat kompetensi internasional ke berbagai negara seperti Jerman, Kanada, Belanda, dan Swiss untuk mengikuti training dan mengambil sertifikasi kompetensi,” pungkasnya.