Menristekdikti bersama Menaker dan MenPAN RB saat meresmikan Politeknik Ketenagakerjaan di BBPLK, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, pada Kamis (26/10/2017) Foto Tulus/Kemenristekdikti
Technology-Indonesia.com – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir meresmikan Politeknik Ketenagakerjaan di BBPLK, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, pada Kamis (26/10/2017). Peresmian dilakukan bersama Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dakhiri dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Asman Abnur.
Â
Menristekdikti menyambut baik langkah strategis yang ditempuh oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI dengan mendirikan Politeknik Ketenagakerjaan (Polteknaker) untuk melahirkan tenaga kerja baru yang berkompeten.
Â
“Pendidikan vokasi di Indonesia hanya sekitar 16%. Politeknik harus kita dorong agar menjadi Politeknik yang berkualitas dan unggul. Saya yakin kedepannya pendidikan vokasi akan menjadi salah satu pilihan favorit bagi anak-anak di Indonesia untuk mengemban pendidikan yang lebih tinggi,” tutur Menristekdikti.
Â
Bila dibandingkan, jumlah penduduk Indonesia hanya sebanyak satu banding enam dari jumlah penduduk di China. Namun di China hampir 56% perguruan tingginya merupakan pendidikan vokasi. Indonesia juga memiliki jumlah perguruan tinggi yang lebih banyak dibanding China, tetapi China memiliki lebih banyak tenaga kerja yang produktif.
Â
“Kompetensi tenaga kerja banyak dipengaruhi oleh pengalaman semasa kerja dan pengalaman kerja semasa masih menjadi peserta didik. Saat ini, pendidikan vokasi menjadi kunci jawaban atas kebutuhan tenaga kerja yang produktif dan kompetitif,” ujar Menteri Nasir.
Â
Menteri Nasir menambahkan, para pendidik di politeknik tidak hanya berasal dari lulusan akademik dengan syarat lulusan pendidikan S1 ataupun S2. Ketika seseorang sudah menjadi ahli industri di bidangnya dan berpengalaman, itu bisa menjadi prioritas untuk menjadi dosen di politeknik.
Â
“Ini pernah terjadi ketika seseorang ingin menjadi dosen di politeknik dengan riwayat pendidikannya hanya sampai Diploma 3 (D3) Pelayaran. Tetapi, dia memiliki riwayat kerja bersama nahkoda selama 10 tahun dan memiliki sertifikat tertinggi pada bidangnya. Pengalamannya ini menjadikan bisa lebih mumpuni dan layak untuk menjadi dosen di politeknik dengan berbagai pertimbangan,” terangnya.
Â
Harapan Menteri Nasir, nantinya selain mendapatkan ijazah, lulusan politeknik juga harus memiliki sertifikat kompetensi di bidangnya masing-masing minimal pada tingkatan lima. Ia juga mengimbau agar mahasiswa politeknik jangan hanya menjadi ahli madya tetapi harus diarahkan untuk memiliki sertifikasi industri.
Â