Jakarta, technology-indonesia.com – Untuk mendukung percepatan pencapaian program pengembangan pendidikan tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melaksanakan proyek The Support to the Development of Higher Education of Higher Education Project atau Proyek 7 in 1. Proyek pembangunan dan pengembangan 7 universitas ini didanai oleh Islamic Development Bank (IDB) dan Saudi Fund and Development (SFD).
Ketujuh universitas yang tersebar di empat pulau besar tersebut adalah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dari Pulau Jawa, Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dari Pulau Sulawesi, Universitas Tanjungpura (Untan) dan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) dari Pulau Kalimantan, serta Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dari Pulau Sumatera.
Sumber dana utama proyek ini berasal dari IDB yang mendanai enam universitas yaitu Unesa, UNY, UNG, Untan, Unsrat, dan Unlam. Sementara Unsyiah didanai SFD dengan dana pendamping dari pemerintah Indonesia.
Menristekdikti, Mohammad Nasir berharap proyek ini dapat mendorong ketujuh universitas tersebut menuju internasionalisasi perguruan tinggi dengan meningkatkan daya saing pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat pada era global. Para rektor diharapkan memanfaatkan sebaik-baiknya dana pinjaman tersebut untuk memproses pembelajaran dan pelayanan yang lebih baik.
Proyek 7 in 1 dilaksanakan dalam rangka memperkuat rencana strategis Kemenristekdikti 2005-2025. Program dilaksanakan mencakup perbaikan kapasitas dan modernisasi universitas, perbaikan pelayanan, peningkatan daya saing nasional dan internasional, dan penguatan sumber daya manusia.
“Karena itu proyek ini harus diawasi dan dilaksanakan dengan baik agar universitas mendapatkan output yang baik atau menghasilkan gedung sesuai yang direncanakan,” kata Menristekdikti saat memberi arahan seusai penandatanganan kontrak enam universitas yang mendapat dana dari IDB dengan pemenang tender pekerjaan sipil di tiap universitas pada Jumat (14/7/2017) di Jakarta.
Untuk proyek ini, lanjut Menristekdikti, agar menghasilkan pekerjaan yang baik maka perlu tim teknis yang dibentuk oleh rektor untuk melakukan pengawasan terhadap PMSI yang telah ditetapkan melalui bidding.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Intan Ahmad mengatakan program ini membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh civitas akademika dan para pimpinan di tujuh universitas ini. Dukungan dari IDB dan SFD diharapkan dapat memperlancar implementasi proyek 7 in 1 ini.
Intan Ali menjelaskan penerima manfaat dari proyek ini adalah stakeholder tujuh universitas, termasuk mahasiswa, staf pengajar dan tenaga kependidikan. Berdasarkan data tahun 2017, terdapat kurang lebih 184.267 mahasiswa serta 8013 staf pengajar dan tenaga kependidikan di tujuh universitas tersebut.
Adapun rincian nilai kontrak Proyek 7 in 1 yang disetujui (NOL) dengan sumber dana IDB adalah Unsrat sekitar Rp 218,5 Milyar, UNG Rp 293,6 M, Untan Rp 290,1 M, Unlam Rp 384, 7 M, Unesa Rp 300,1 M, dan UNY Rp 279,5 M.
Dengan nilai total proyek Rp 1,776 triliun, diharapkan proyek 7 in 1 bisa mencapai target-target seperti fasilitas belajar seluas 160.285 m2, laboratorium dan infrastruktur seluas 51.456 m2, mahasiswa sejumlah 190.130 orang, peningkatan mahasiswa sebanyak 15.154 orang, 284 program studi, 102 modul e-learning, peningkatan sejumlah 91 doktor, peningkatan dosen yang kompeten dan berkualitas menjadi 974 orang, penelitian sebanyak 512 judul, publikasi artikel ilmiah terakreditasi nasional 585 judul dan jurnal intenasional 145 judul, serta hak kekayaan intelektual sejumlah 51 judul.