LIPI Bahas Upaya Pemulihan Daerah Aliran Sungai Citarum

Cibinong, Technology-Indonesia.com – Sungai Citarum memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan di wilayah Jawa Barat. Namun sungai Citarum saat ini dihadapkan pada pencemaran akut yang mengakibatkan kerugian besar terhadap kesehatan, ekonomi, sosial, ekosistem, dan sumber daya lingkungan.

Dengan daerah aliran sungai (DAS) seluas 690.571, 57 hektar, sungai Citarum menjadi sumber air irigasi pertanian, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan sumber air baku untuk air minum serta sebagai lahan perikanan tangkap dan budidaya yang dimanfaatkan penduduk di 10 kabupaten dan 2 kota di provinsi Jawa Barat.

Berbagai proyek dan program untuk membenahi masalah Sungai Citarum telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun provinsi Jawa Barat (Jabar) sejak 1989 namun sifatnya masih sporadis. Agar penanganan sungai Citarum lebih terkoordinasi, Pemerintah pada 14 Maret 2018 mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum yang menjadi dasar normatif program Citarum Harum.

Kepala Pusat Penelitian Limnologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Fauzan Ali mengatakan Sungai Citarum memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan di wilayah Jawa Barat. Menurut Nurfatriani dan Nugroho (2008), Citarum bagian hulu memberi manfaat untuk pertanian sebesar Rp 4,2 juta/petani/tahun sehingga diperoleh nilai ekonomi total sebesar Rp 1,6 triliun per tahun.

“Fungsi hidrologis dari Sungai Citarum adalah menampung curah air hujan yang jatuh di Daerah Aliran Sungai-nya dan mendistribusikan ke seluruh wilayah alirannya,” ujar Fauzan Ali dalam Bincang-Bincang Citarum Harum pada Kamis (21/3/2019) di Cibinong, Jawa Barat. Kegiatan ini bertujuan menciptakan pemahaman bersama di dalam penanganan permasalahan Sungai Citarum dan sungai-sungai lainnya di Indonesia serta memperingati Hari Air Internasional.

Fauzan mengungkapkan, limpasan air permukaan Citarum secara keseluruhan mencapai 16.713,1 juta meter kubik per tahun. “Masing-masing terbagi menjadi limpasan di wilayah hulu sebesar 4.001 juta meter kubik, wilayah tengah sebesar 5.259 meter kubik, dan 7.453 meter kubik di wilayah hilir,” jelasnya.

Peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Hidayat mengungkapkan Citarum memiliki peran yang sangat besar dan penting, namun pada sisi lain sungai ini menghadapi berbagai masalah pelik. Saat ini, kondisi perairan dan fungsi ekosistem DAS Citarum sudah sangat kritis.

“Beberapa masalah Citarum antara lain kerusakan lahan di daerah aliran sungai, memburuknya kondisi kualitas air sebagai dampak pencemaran, pemanfaatan ruang perairan yang tidak terkendali, berkembangnya gulma di wilayah perairan waduk, serta penurunan keragaman hayati terutama ikan,” jelas Hidayat juga menjabat sebagai Ketua Masyarakat Limnologi Indonesia (MLI).

Sebagai bagian dari ekosistem perairan, ujar Hidayat, Citarum telah menjadi habitat beragam ikan baik jenis ekonomis, endemik dan biota-biota yang membentuk sistem rantai makanan di dalamnya. Menurut Triyanto & Lukman (2011) dan Gadis & Triyanto (2017) jenis-jenis ikan yang masih terdapat di Sungai Citarum berjumlah 37 jenis. Sembilan jenis diantaranya terdapat di bagian hulu (Situ Cisanti), 12 jenis di bagian hilir, sedangkan di bagian tengah di perairan waduk terdapat 16 jenis.

Hidayat menjelaskan, kerusakan DAS Citarum yang tercatat adalah lahan kritis yang mencapai 79.668,25 hektare (ha) yang menyebabkan sedimentasi hingga 8.465 ton/tahun. Permasalahan pencemaran perairan sungai ini sangat beragam, baik wilayah sebaran mapun jenis pencemarannya.

Hidayat menjelaskan, sumber-sumber pencemaran perairan Citarum ini meliputi pencemaran dari aktivitas pertanian dan peternakan, limbah domestik dan industri, serta pencemaran dari aktivitas budidaya karamba jaring apung (KJA) yang berkembang pesat di wilayah perairan-perairan waduk.

Menurut Hidayat, penanganan permasalahan lingkungan Citarum yang sudah berlangsung lama dan akumulatif memerlukan tahapan-tahapan yang tersusun secara seksama dan sistematik. Permasalahan Citarum yang sangat kompleks juga membutuhkan sinergi antar pemangku kepentingan.

Kegiatan “Bincang-Bincang Citarum Harum” ini juga menghadirkan narasumber dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author