Jakarta, Technology-Indonesia.com – Implementasi klaster inovasi berbasis produk unggulan daerah (PUD) mutlak membutuhkan kolaborasi dan sinergi peran antar stakeholders inovasi yakni pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, komunitas dan media yang dikenal sebagai model kolaborasi penta helix.
Direktur Sistem Inovasi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Ophirtus Sumule menyampaikan hal tersebut saat membuka workshop bertema Regional Innovation Cluster NTB – Progressing Ristekdikti’s Innovation Cluster Agenda di Hotel Santika Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Rabu (6/2/2019). Workshop ini dilaksanakan oleh Kemitraan Kemenristekdikti bersama The Applied Research and Innovation Systems in Agriculture (ARISA-CSIRO Australia).
Agenda workshop fokus pada peluang yang terkait dengan pertanian dan pariwisata termasuk peluang pengembangan klaster inovasi PUD lebah madu (propolis), klaster inovasi cabai, klaster kosmetik dan herbal, klaster inovasi rumput laut, industri perhotelan dan pariwisata. Serta, bagaimana model pengembangan klaster inovasi berbasis PUD yang digagas oleh Kementristekdikti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
Selanjutnya Ophirtus menyampaikan bahwa daerah-daerah yang meningkat pertumbuhan ekonomi dan produktivitas masyarakatnya secara siginifikan, lebih banyak ditentukan oleh kepemimpinan daerah yang inovatif serta didukung oleh komoditas dan keunggulan komparatif produk unggulan daerahnya.
Kepemimpinan yang inovatif diyakini mampu merancang konsep pembangunan daerah yang holistik melalui upaya-upaya kebijakan kemudahan berusaha (teknis dan administratif), insentif pajak, pelayanan inovatif – one stop services (pelayanan satu atap) – reformasi dan revolusi mental birokrasi (berintegritas), riset dan inovasi perguruan tinggi dan lembaga litbang berorientasi kepada peningkatan ekonomi daerah melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan nilai tambah serta daya saing PUD, perencanaan dan implementasi: RPJMD; RPIP dan RPIK serta program pembinaan IKM/UKM yang berkelanjutan.
Pengembang Klaster Inovasi PUD Madu NTB, Retno Utari menyampikan bahwa dalam upaya merealisasikan implementasi klaster inovasi PUD Madu pada tahun 2019, Pemprov NTB telah mengalokasikan anggaran sejumlah 4,6 miliar untuk menata budidaya dan menyiapkan suplai di sektor hulu. Selanjutnya Pemkab Lombok Utara bersama dengan UNRAM, dunia usaha dan komunitas akan mengelola unit bisnis di sektor hilir dalam bentuk konsorsium inovasi.
Sementara, Muhammad Amin Kasubdit Sistem Informasi dan Diseminasi Inovasi – Kemenristekdikti mengungkapkan bahwa Pendekatan Model Pengembangan Klaster Inovasi tidak sekadar sebagai konsep tetapi juga sebagai platform nasional dalam konteks pembangunan ekonomi daerah berbasis pengetahuan dengan memanfaatkan potensi produk unggulan daerah dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian daerah.
Workshop juga menghadirkan narasumber antara lain Rektor Universitas Mataram, Lalu Husni, Bayu Sasongko (PT. Melia Propolis NTB), serta Michaela Cosijn dan Jen Kelly (ARISA). Workshop dihadiri peserta dari Kemenristekdikti, Pemprov NTB, Pemkab Lombok Utara, UNRAM, ARISA, Sektor Swasta (Asosiasi Hotel dan Pariwisata, Asosiasi Agribisnis, Asosiasi Cabai, Asosiasi Rumput Laut, Lembaga Pembiayaan, SwissContact, Taman Sains dan Teknologi NTB, Martina Berto, perwakilan lain dari industri yang terkait dengan klaster inovasi berbasis PUD.