JAKARTA – Pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia harus digerakkan oleh pembangunan masyarakat berbasis pengetahuan untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan pengembangan iptek.
Hal tersebut disampaikan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati dalam Indonesia Economic Forum 2016, di Hotel Shangri-La di Jakarta pada 14-15 November 2016. Konferensi bertema Driving Innovation: Reshaping Indonesia’s Economy ini menjadi ajang yang mempertemukan para pebinis, pembuat kebijakan, serta pakar di berbagai bidang untuk berdiskusi dan mendorong inovasi dalam perekonomian Indonesia.
Salah satu poin yang dipaparkan Dwikorita adalah perhatian UGM terhadap pengembangan wilayah pedesaan di Indonesia. Wilayah pedesaan merupakan salah satu tonggak bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Namun ketertinggalan yang dialami warga pedesaan membuat banyak pemuda memilih mencari penghidupan di kota-kota besar.
“Melihat data pada tahun 1960, 85% populasi Indonesia tinggal di desa, sedangkan pada 2016 kurang dari 50% yang tinggal di desa. Jika kita melihat tingkat kemiskinan, memang ada kondisi yang timpang. Inilah mengapa kita harus bekerja lebih keras untuk membangun desa,” ujarnya.
Permasalahan tersebut mendorong UGM untuk mengembangkan desa pintar (smart village) untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society) demi mewujudkan pembangunan Indonesia secara berkelanjutan.
“Banyak yang membangun kota pintar (smart city), namun belum ada yang memikirkan bagaimana mengembangkan desa pintar. Ini skenario UGM untuk menerapkan pendidikan, riset, serta pengabdian kepada masyarakat untuk menguatkan kapasitas Indonesia,” imbuhnya.
Dwikorita juga menyampaikan pentingnya inovasi dan pengembangan teknologi sebagai penggerak perekonomian nasional dan global. Hal ini menjadi dasar bagi UGM dalam menjalin kolaborasi dengan pihak-pihak pendukung, termasuk institusi pemerintah, investor, ataupun perusahaan pengembang teknologi.
Salah satunya kolaborasi dengan Six Capital yang terfokus pada pengembangan teknologi digital. Hasil dari kolaborasi ini diantaranya pendirian Digital Innovation Center di UGM. Setelah membangun teaching factory and industry, pusat inovasi ini semakin menambah kekuatan UGM sebagai penggerak kemajuan bangsa.
UGM dan Six Capital juga akan bekerja sama dalam penerapan riset di bidang layanan kesehatan preventif melalui aplikasi digital NusaHealth. Aplikasi ini diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pola hidup yang sehat serta mendorong masyarakat untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka.
Di bidang Geospatial Intelligence, UGM berkolaborasi dengan Six Capital menyelesaikan permasalahan kebencanaan di Indonesia, khususnya kebakaran hutan dan lahan di wilayah Gambut. Wilayah kajian yang menjadi pilot project adalah Pulau Padang dengan luas wilayah 110.000 Ha.
Konferensi ini juga menghadirkan pembicara utama dari dalam dan luar negeri, di antaranya Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Kepala BKPM Thomas Lembong, Pendiri Ancora Capital Gita Wirjawan, pendiri Berkarya Indonesia Ilham Habibie, pendiri Six Capital Patrick Teng, Prof. Dr. Gordon Hewitt (University of Michigan), dan Prof. Dr. Atif Ansar (University of Oxford).