Jakarta, Technology-Indonesia.com – Selama 4 tahun pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla, enam Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dalam koordinasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) berhasil memberikan sumbangsih besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan, riset, teknologi dan inovasi bagi bangsa Indonesia.
LPNK di lingkungan Kemenristekdikti yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Penelitian (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (Bapeten) dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah berkontribusi langsung memberikan solusi bagi berbagai permasalahan bangsa.
Menristekdikti Mohamad Nasir memaparkan prestasi selama 4 tahun terakhir LPNK dalam 6 bidang yaitu bidang pangan, energi, kesehatan, teknologi informasi & komunikasi, transportasi dan mitigasi untuk kebencanaan. LPNK bersinergi satu sama lain dan dengan perguruan tinggi, untuk menemukan teknologi dan inovasi dalam upaya menjawab tantangan global di bidang-bidang tersebut sesuai Nawa Cita dan Visi Misi Pembangunan 2015-2019. Dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang telah dipetakan sejak tahun 2015, dan secara resmi dilegalkan pada Maret 2018, ada sepuluh bidang yang menjadi perhatian Pemerintah Indonesia.
“Namun untuk program sinergi antar LPNK, enam prioritas program tersebut menjadi perhatian Kemenristekdikti dan tercatat bahwa LPNK dalam koordinasi Kemenristekdikti, telah mencapai target target program yang dicanangkan setiap tahunnya dalam periode 2014-2018. Aplikasi teknologi yang tercapai targetnya tersebut, dapat dirasakan langsung oleh masyarakat ,” ucap Menristekdikti pada Jumpa Pers Capaian 4 Tahun LPNK di lingkungan Kemenristekdikti, di Jakarta (30/10/2018).
Jumpa Pers ini Menristekdikti didampingi Kepala Batan Djarot Wisnubroto, Kepala Bapeten Jazi Eko Istiyanto, Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, Plt. Kepala BPPT Wimpie Agoeng Noegroho, Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, Kepala BSN Bambang Prasetya dan Staf Ahli Bidang Infrastruktur Kemenristekdikti Hari Purwanto.
Menteri Nasir mengatakan selama puluhan tahun Indonesia belum memiliki cetak biru pengembangan riset nasional. Namun dalam 4 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Kemenristekdikti berhasil menetapkan RIRN. RIRN ini penting untuk menyelaraskan kebutuhan riset jangka panjang Indonesia karena pembangunan nasional membutuhkan perencanaan dari setiap bidang untuk mengintegrasikan langkah-langkah yang terpadu dan terintegrasi, khususnya antar Kementerian/Lembaga untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaannya.
Menteri Nasir memaparkan capaian-capaian penting LPNK diantaranya di bidang pangan, Batan berhasil menciptakan varietas padi yang mampu meningkatkan produksi 35,5% dibandingkan varietas lain. BPPT telah mengembangkan metode Kerangka Sampel Area (KSA) untuk memperbaiki metode pengumpulan data pertanian.
Lapan menciptakan inovasi remote sensing untuk melakukan penginderaan lahan pertanian. Sementara LIPI menghasilkan Pupuk Organik Hayati yang mampu meningkatkan produksi pertanian 25-50% dan BSN telah menetapkan 2.458 sertifikasi di bidang pangan.
“Data capaian ini menunjukkan bahwa setiap LPNK memiliki kontribusi penting dan saling melengkapi bagi peningkatan produksi pangan nasional. Kemenristekdikti dan LPNK bekerja di hulu bagi ketahanan pangan nasional,” jelas Menristekdikti.
Menristekdikti Mohamad Nasir menambahkan di bidang energi, LPNK dalam koordinasi Kemenristekdikti menghasilkan temuan-temuan penting seperti Smart Micro Grid dari LIPI, sebuah inovasi yang mampu mengkoversi sumber energi DC yang bersumber dari surya/aingin/angin/biogas.
Selain itu, ada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi hasil inovasi BPPT dan Reaktor Daya Eksperimental inovasi dari Batan. “Untuk memastikan keamanan penggunaan tenaga nuklir, Indonesia memiliki Bapeten. Inovasi Reaktor Daya Eksperimental Batan telah mendapatkan izin keamanan dari Bapeten,” jelasnya.
Salah satu capaian LPNK yang menjadi fokus Menristekdikti adalah bidang teknologi mitigasi kebencanaan. Teknologi-teknologi dari LPNK telah digunakan dalam penanganan berbagai bencana antara lain teknologi Wiseland (LIPI) yang berfungsi pemantauan tanah longsor.
“Kapal Survei Baruna Jaya dari BPPT berbasis teknologi yang sangat diandalkan pemerintah dalam penanganan kebencanaan. Kapal ini telah digunakan Basarnas dan KNKT untuk menemukan korban KM. Sinar Bangun pada kedalaman sekitar 450 m di dasar danau Toba menggunakan teknologi remotely operated underwater vehicle (ROV). Selain itu juga membantu pasca bencana alam di Palu dan Kecelakaan Pesawat Lion Air JT-610,” ungkap Menristekdikti.
Untuk bencana yang diakibatkan cuaca, Lapan memiliki satelit pemantau cuaca yang berpotensi menjadi bencana seperti hujan deras ataupun angin badai yang dinamakan Sadewa (Satellite Disaster Early Warning). Sedangkan BPPT memiliki Teknologi Modifikasi Cuaca yang digunakan untuk pencegahan kebakaran hutan.
Kepala Batan Djarot Wisnubroto menjelaskan Batan menghasilkan produk-produk yang telah disebarluaskan kepada masyarakat, terutama di bidang pangan dan kesehatan. Diantaranya, Batan menghasilkan tanaman padi, kedelai dan terigu varietas unggul, prototipe radioisotop dan radiofarmaka untuk dagnosis dan terapi, serta perangkat diagnosis fungsi ginjal dan thyroid terpadu.
Kepala Bapeten Jazi Eko Istiyanto menyebutkan, Bapeten sebagai badan pengawsan tenaga nuklir menjamin bahwa segala aktifitas nuklir di Indonesia aman, baik teknologi dalam menghasilkan produk pangan, kesehatan maupun energi. Ia juga menyebutkan, bahwa masyarakat Indonesia perlu diedukasi bahwa nuklir aman digunakan selama ada pengawasan dari badan yang berwenang.
Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengungkapkan LIPI sebagai lembaga riset merupakan hulu dari pengembangan riset yang dilakukan. Ia berharap dapat mempererat kerjasama dengan industri untuk memproduksi massal hasil penilitian dan teknologi yang dibuat oleh LIPI sebagai bentuk kontribusi LIPI dalam pembangunan ekonomi nasional. LIPI juga bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dalam pengolahan bahan makanan dari UMKM lokal yang melahirkan industri kecil dan strartup.
Plt. Kepala BPPT Wimpie Agoeng Noegroho mengungkapkan pihaknya juga bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) mengembangkan metode Kerangka Sampel Area (KSA) untuk memperbaiki metode pengumpulan data pertanian (fase tumbuh padi). Metode KSA digunakan sejak Januari 2018 untuk memperbaiki data produksi padi. Hasilnya, berdasarkan data BPS terkoreksi data pangan, yakni luas baku sawah yang berkurang dari 7,75 juta hektare tahun 2013 menjadi 7,1 juta hektare tahun 2018.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan selain dapat mengefisiensikan anggaran, sinergi Iptek nasional solusi bagi tantangan yang dihadapi bangsa. Saat ini Lapan berkerjasama dengan Kementerian Pertanian dalam memantau pertumbuhan padi menggunakan Remote Sensing Application (pengindraan jauh).
Kepala BSN Bambang Prasetya menyebutkan segala hal yang di pasarkan ke masyarakat harus melalui proses standardisasi dari BSN. Ia mengungkapkan standardisasi merupakan kunci daya saing bangsa. Seiring semakin terbukanya perdagangan global Indonesia harus mampu menguasai pasar global dengan menerapkan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) pada produk-produk karya anak bangsa.
Bambang menyebutkan dengan menerapkan SNI dapat memberikan kepercayaan kepada konsumen bahwa produk yang dipilih sesuai dan layak dipakai, aman, nyaman, dan berkualitas. SNI menjadi salah satu instrumen penting dalam memenangi persaingan global.