Inilah 5 Isu Strategis Pengembangan Iptek dan Inovasi

Tangerang Selatan, Technology-Indonesia.com – Saat ini, Indonesia sedang menghadapi beberapa isu strategis dalam pengembangan iptek dan inovasi. Salah satunya, pemanfaatan iptek sebagai penghela pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Pemerintah telah membuat target pertumbuhan ekonomi pada range 5,4 hingga 6 persen per tahun. Kita harus memastikan bahwa hasil-hasil riset dan pengembangan memberi kontribusi terhadap pengembangan ekonomi,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/ Kepala BRIN), Bambang P.S Brodjonegoro dalam Rakornas Kemenristek/BRIN Tahun 2020 di Graha Widya Bhakti, Kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan (30/1/2020).

Kedua, peningkatan efektivitas pemanfaatan dana Iptek dan inovasi. Menristek mengungkapkan bahwa pendanaan litbang nasional masih sekitar 0,25 persen dari produk domestik bruto (PDB). Dana litbang nasional tersebut, 84 persen berasal dari anggaran pemerintah dan hanya 8 persen dari industri. “Anggaran pemerintah tersebar pada berbagai unit litbang kementerian dan lembaga sehingga memungkinkan terjadinya duplikasi dan in-efisiensi,” lanjutnya.

Isu strategis ketiga adalah kapasitas adopsi Iptek dan penciptaan inovasi di Indonesia yang masih rendah. Indonesia pada 2019 masih berada di peringkat ke 85 dari 129 negara dengan score Global Innovation Index 29,72 dari skala 0 sampai 100. Hal ini, menurut Menristek, disebabkan oleh masih rendahnya belanja litbang terhadap PDB, rendahnya jumlah paten, serta rendahnya jumlah publikasi sains dan teknik di tingkat global. Selain itu, infrastruktur Litbang masih terbatas, sementara jumlah sumber daya manusia (SDM) Iptek hanya sekitar 14,08 persen.

Isu keempat adalah ekosistem inovasi yang belum sepenuhnya tercipta sehingga proses hilirisasi dan komersialisasi hasil Litbang masih terhambat. Kolaborasi triple helix antara pemerintah, dunia penelitian dan dunia usaha belum didukung oleh kapasitas lembaga litbang dan perguruan tinggi yang memadai sebagai sumber inovasi teknologi.

“Dalam kontek pembangunan SDM, Kemenristek/BRIN akan membangun SDM iptek yang tak hanya pekerja keras tapi juga dinamis, produktif, terampil dan menguasai iptek didukung kerjasama industri dan talenta global. Terkait infrastruktur Kemenristek/BRIN akan memelihara, memperbarui, dan mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap) untuk mendukung transformasi ekonomi,” terang Menteri Bambang.

Penyederhanaan regulasi, menurut Menristek, diperlukan untuk menciptakan ekosistem litbangjirap yang kondusif. Salah satunya, dengan menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo untuk penyatuan litbang kementerian/lembaga dan Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) dalam bidang litbang ke dalam BRIN untuk mencegah riset yang duplikasi, berskala kecil, dan hanya berorientasi pada penyerapan anggaran.

“Kami juga akan melakukan debirokratisasi penelitian menuju lembaga litbangjirap yang lebih lincah dan fleksibel,” ungkapnya.

Kelima, dalam konteks transformasi ekonomi, Kemenristek/BRIN akan fokus Litbang dan hilirisasi yang menghasilkan teknologi tepat guna, subtitusi impor, sekaligus peningkatan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), peningkatan nilai tambah, dan penguasaan teknologi baru.

Menteri Bambang mengatakan pemerintah akan mewujudkan inovasi dengan memanfaatkan triple helix yaitu dengan berupaya mensinergikan serta memfasilitasi interaksi dan kolaborasi antara dunia usaha, lembaga penelitian dan perguruan tinggi, serta pemerintah. Kemenristek/BRIN akan mendorong implementasi Prioritas Riset Nasional (PRN) dan memastikan setiap aktor inovasi memahami apa yang harus menjadi fokus dan apa yang harus dilakukan.

“Kita ingin memastikan riset dan inovasi akan memberikan kontribusi nyata dalam agenda percepatan pertumbuhan ekonomi, penyelesaian permasalahan bangsa, agenda pembangunan berkelanjutan, dan agenda kemandirian iptek nasional,” pungkasnya.

Dalam Rakornas Kemenristek/BRIN ini turut ditampilkan beberapa hasil inovasi dari LPNK, seperti Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yaitu pengembangan radioisotop dan radiofarmaka untuk kanker dan prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) skala industri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menampilkan inovasi implan tulang, teknologi perkeretaapian, drone PUNA/PTTA MALE Kombatan, garam Terintegrasi, sistem big data nasional, dan kapal Harbour Tugboat.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menampilkan pesawat N219 Amphibi, satelit konstelasi komunikasi orbit rendah, dan roket dua tingkat. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghadirkan teknologi pengolah makanan. Sementara Puspiptek menampilkan produk tenant pilihan binaan Technology Business Incubation Center (TBIC).

Direktorat Inovasi Industri Kemenristek/BRIN menampilkan hasil inovasi berupa benih unggul IPB 3S; sel punca, metabolit, dan rekayasa jaringan UI; Katalis Merah Putih ITB; serta Baterai Lithium UNS. Rakornas juga menghadirkan produk tenant pilihan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), termasuk kapal pelat datar.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author