Indonesia Sepakati Redefinisi Sistem Internasional Satuan Ukur. Apa dampaknya?

Jakarta – Indonesia telah sepakati redefinisi Sistem Internasional Satuan (SI) hasil Konferensi Umum Takaran dan Ukuran ke-26 yang berlangsung di Versailes, Perancis, November tahun lalu.  Perubahan definisi SI ini merupakan tonggak sejarah menuju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih tinggi untuk berbagai kepentingan di seluruh dunia.

Redefinisi menyempurnakan penjabaran dari semua satuan dasar yang terdiri dari sekon (s), meter (m), kilogram (kg), ampere (A), kelvin (K), mole (mol) dan candela (cd). “Hal itu mengubah definisi dari penjabaran jenis satuan menjadi penjabaran jenis konstanta . Contohnya, pengertian kilogram berubah secara fundamental. Sebelumnya, kilogram sebagai massa kilogram prototipe internasional yang merupakan artefak, sedangkan penjabaran baru menghubungkannya dengan massa ekivalen energi dari suatu foton yang diberikan frekuensinya, melalui konstanta Planck,” ujar Kukuh S. Achmad, Deputi Bidang Akreditasi disela-sela Simposium dan Workshop Hamonisasi Redefinisi Sistem Internasional Satuan Ukuran dan Kurikulum Pendidikan Nasional di Jakarta, Selasa (21/5/2019).

Di Indonesia, Lembaga Metrologi Nasional dalam hal ini BSN melalui Kedeputian Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU),  menjadi acuan sistem pengukuran baru. “Metrologi sebagai pondasi teknis dalam standardisasi, karena tidak ada satupun kegiatan standardisasi yang tidak menggunakan aktivitas mengukur,” ujar Kepala BSN Bambang Prasetya.

Total Lembaga Pengujian dan Kalibrasi  terakreditasi di Indonesia hingga Maret 2019 capai 278 Laboratorium Kalibrasi, 1.313 Laboratorium Pengujian, 63 laboratorum klinik, 96 Lembaga Inspeksi dan 18 Penyelenggara Uji Profisiensi.

Satuan ukuran dalam standar, kata Bambang Presetya, mulai dari produksi hingga kompatibilitas peralatan dan produk atau jasa. “Dapat dibayangkan bila ukuran baut tidak standar, maka akan sulit dalam penggunaannya dalam berbagai peralatan,” ujarnya.

Untuk itu, Bambang mengharapkan masyarakat lebih peduli mengingat pentingnya metrologi dalam kehidupan kita. “Saya harap, sejak saat ini, kita semua dapat labih aware dengan pentingnya metrologi di sekitar kita, khususnya bagi para stakeholder yang bersentuhan langsung dengan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian,” ujarnya.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Mohamad Nasir meminta BSN membantu pemerintah memastikan kesesuaian hasil pengukuran. “Masyarakat jangan sampai bingung dengan redefinsi SI. Selain itu, perubahan ini memerlukan penyebarluasan ke berbagai pihak, khususnya dunia pendidikan karena pelajaran tentang sistem satuan internasional dan definisi satuan dasar merupakan pengetahuan dasar dalam pelajaran tentang Ilmu Pengetahuan Alam, yang sudah diperkenalkan sejak tingkat Sekolah Dasar,” ujarnya.

A. Praba Drijarkara, Plt. Direktur SNSU Mekanika, Radiasi, dan Biologi BSN, redefinisi SI tidak lagi berbasis artefak dan hanya berbasis pada sifat atomik dan konstanta alam. Perubahan ini  terutama berdampak pada Lembaga Metrologi Nasional dan organisasi-organisasi yang bekerja dalam merealisasikan unit-unit SI. “Redefinisi ini memperkecil ketidakpastian dan meningkatkan stabilitas,” ujarnya.

Hal ini, kata Praba Drijatkara,  lebih banyak  memberikan dampak pada industri-industri yang bekerja pada level kepresisian yang tinggi, seperti industri optik untuk komunikasi dan industri pesawat luar angkasa.

You May Also Like

More From Author