Indonesia Raih Emas dan Perunggu dalam Kompetisi ASPC 2018

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Muhammad Athallah Naufal berteriak kegirangan saat namanya diumumkan sebagai Juara Pertama bidang Applied Science dalam The Fourth ASEAN Student Science Project Competition (ASPC) 2018. Naufal didaulat sebagai Juara Pertama atas hasil penelitiannya yang berjudul “Potensi pelapis sintetik basa Schiff dari hasil asilasi kitosan Kerang Hijau (Perna viridis) sebagai inhibitor korosi pada kapal”.

Kegembiraan yang sama menular ke Zahwa Devarrah Widyatamaka dan Muhammad Ilham Akbar saat keduanya diumumkan sebagai Juara Ketiga bidang Biologi Science. Mereka berdua mengangkat penelitian tentang “Pemanfaatan Pohon Sengon (Paraserianthes falcataria) sebagai indikator Ls-D (landslide detector) untuk mendeteksi aktivitas pergeseran tanah (Studi kasus desa Bulu Rejo Karanganyar)”.

Dalam ASPC 2018 yang digelar di Thailand pada 22 – 26 Juli 2018 Indonesia diwakili lima pelajar Sekolah Menengah Atas Pemenang LKIR LIPI tahun 2017. Kompetisi ini merupakan hasil kerjasama antara NSM Thailand, Science Society of Thailand under the Patronage of His Majesty the King, dan Ministry of Science and Technology Thailand.

Dalam kompetisi tersebut, tiga anak Indonesia berhasil memperoleh Emas dan Perunggu atas penelitian di bidang ilmu Fisika dan ilmu Terapan. Acara penganugerahan dilakukan pada hari Kamis (26/7/2018) di National Science Museum (NSM) Thailand.

Naufal, pelajar dari SMA Negeri 17 Makassar, menjelaskan bahwa penelitiannya berusaha menjawab permasalahan fenomena korosi kapal berakibat penurunan mutu logam. Penelitiannya memanfaatkan kandungan kitosan cangkang kerang hijau untuk dijadikan pelapis sintesis logam kapal.

Kandungan kitosan pada kerang hijau yang disintesis menjadi Basa Schiff mampu berperan sebagai inhibitor korosi. “Kerang hijau merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Sulawesi Selatan sehingga mudah didapatkan dan biayanya sangat terjangkau karena memanfaatkan limbah,” ujarnya.

Sementara Devarah, pelajar SMA Negeri 1 Surakarta menjelaskan penelitiannya bertujuan membuat sistem peringatan dini menggunakan pohon Sengon sebagai indikator detektor longsor sengon. LS-D (landslide detector) bekerja dengan merekam setiap gerakan tanah yang menyebabkan perubahan sudut pohon Sengon ke permukaan tanah.

“Perbedaan sudut digunakan sebagai indikator kepekaan perubahan kecenderungan yang disebabkan oleh pergerakan tanah. Setiap pergerakan tanah akan membuat perubahan posisi pohon Sengon berdasarkan tingkat kemiringan,” paparnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author