BRIN Perkuat Strategi Diplomasi Saintifik Indonesia

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya meningkatkan peran dan kontribusi hasil-hasil riset BRIN di kancah internasional melalui penguatan strategi diplomasi saintifik Indonesia. Diplomasi berbasis hasil riset akan membuat Indonesia memiliki posisi yang lebih baik di dalam perjanjian dan perundingan global.

Untuk memperkuat diplomasi saintifik, BRIN menggelar acara “Peningkatan Peran dan Kontribusi Hasil-Hasil Riset BRIN Termasuk Kebijakan Dalam Penguatan Strategi Diplomasi Sainfitik Indonesia” di Jakarta pada Senin (28/10/2024).

Kegiatan ini memfasilitasi masukan dari pakar politik luar negeri Indonesia serta diskusi praktis antar sivitas BRIN dalam merumuskan masukan kebijakan diplomasi luar negeri Indonesia berbasis hasil riset saintifik dan kebijakan yang dikembangkan BRIN.

Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito mengatakan bahwa hasil-hasil riset dan inovasi dapat memberikan satu dukungan terhadap diplomasi Indonesia di masa kini dan masa depan dikaitkan dengan kondisi global yang semakin komplek.

“Berbagai masalah global mulai dari politik, ekonomi, lingkungan, perubahan iklim dan sebagainya sangat membutuhkan dukungan hasil-hasil riset dan hal-hal yang terkait dengan data dan analisisnya,” tuturnya.

Mego menjelaskan ada beberapa focal point internasional yang dipegang oleh BRIN, diantaranya ketenaganukliran dan keantariksaan. BRIN memiliki berbagai fasilitas, sumber daya manusia, dan hasil-hasil riset di kedua bidang tersebut.

Selain itu, berbagai pola-pola kerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) atau lembaga internasional dibawahnya seperti UNESCO, UNDP, dan lain-lain meminta dukungan penuh dari hasil riset.

“Karena itu, peran BRIN sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab untuk riset dan inovasi menjadi sangat krusial,” ujar Mego.

Menurut Mego, dalam beberapa pertemuan global, tim delegasi republik Indonesia sudah meminta dukungan langsung dari peneliti dan periset dari BRIN untuk membantu memperkuat kertas-kertas posisi (position paper) dan berbagai masukan yang nantinya masuk dalam intervensi pemerintah Indonesia.

“Karena itu bagaimana kita sebagai peneliti dan periset perlu belajar membahasakan hal-hal terkait ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat angka dan sebagainya ke dalam bahasa diplomasi,” ungkapnya.

Acara itu menghadirkan Duta Besar Indonesia untuk Tunisia periode 2017-2021, Ikrar Nusa Bhakti; Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa Kemlu, Spica Alphanya Tutuhatunewa; serta Direktur Penguatan dan Kemitraan Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Joannes Ekaprasetya Tandjung.

Tantangan Global

Pada kesempatan tersebut, Mego menyampaikan bahwa saat ini diplomasi saintifik (science diplomacy) menjadi salah satu instrumen penting dalam kerangka kerjasama bilateral maupun multilateral, menyediakan platform edukasi dan pengembangan kapasitas global hingga kerjasama pemanfaatan teknologi.

“Kolaborasi riset dalam skala global menjadi salah satu kunci penting bagi diplomasi Indonesia dalam berbagai forum kerjasama internasional, untuk bersama-sama komunitas global mencari solusi bagi berbagai tantangan global mewujudkan pembangunan berkelanjutan,” ucap Mego.

Peran diplomasi saintifik sangat kuat dalam berbagai isu strategis, terutama dalam mendorong riset dan inovasi untuk mengidentifikasi permasalahan dan solusi yang dapat diterima berbagai negara melalui pendekatan saintifik.

“Kita perlu melihat ke depan, menghadapi isu strategis global dan kerjasama internasional, serta mengidentifikasi peran pegiat riset dan inovasi nasional dalam mencari solusi bagi tantangan pembangunan berkelanjutan yang mendukung diplomasi Pemerintah Indonesia di berbagai forum kerjasama internasional,” tambah Mego.

Pendekatan diplomasi berbasis sains dan kebijakan berpotensi memperkuat peran Indonesia yang lebih efektif, strategis, dan tangguh dalam kebijakan luar negeri berbasis sains.

Untuk mewujudkannya, sinergi antar-pemangku kepentingan nasional diperlukan guna mendorong kajian ilmiah dalam kebijakan luar negeri yang mengakomodasi kepentingan nasional dan berkontribusi pada kerjasama internasional, dengan melibatkan partisipasi aktif dari pemerintah, akademisi, dan sektor swasta.

Mego berharap forum ini dapat menciptakan ide-ide baru dan menjadi motivasi bagi para periset di Indonesia dalam memperkuat kapasitas riset dan inovasi nasional dan meningkatkan perannya dalam mendukung diplomasi Pemerintah Indonesia.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author