Mengupas Potensi Sagu yang Terabaikan

Judul Buku:  Sagu, Potensi yang Masih Terabaikan

Penulis: Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi

Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer

Tebal: xxv + 211 halaman

Cetakan : I, 2011

 

Sejak dulu, sagu secara turun temurun memberi kehidupan bagi masyarakat di Kawasan Timur Indonesia, khususnya Maluku dan Papua. Sayangnya, potensi sagu masih saja terabaikan.

“Politik perberasan” semasa Orde Baru telah mengubah pola pikir, perilaku, dan budaya makan sebagian masyarakat Papua. Mereka beralih dan perlahan meninggalkan sagu yang kadar gizinya tak kalah dari beras.

Ketergantungan terhadap beras dengan mengabaikan sumber pangan lokal, sangat merisaukan Freddy Numberi, Gubernur Provinsi Irian Jaya periode 1998-1999.  Di tengah kesibukannya, pria kelahiran Serui Papua, 15 Oktober 1947 ini menuangkan ide, gagasan, dan pemikirannya terkait pengembangan potensi sagu dalam buku “Sagu, Potensi yang Masih Terabaikan.”.

Buku ini merangkum banyak hal seperti filosofi sagu, kearifan lokal sagu, krisis pangan dan energi, ketahanan pangan, aneka pangan olahan sagu, pengelolaan sagu berkelanjutan dan lain-lain. Freddy Numberi juga mengupas sagu dalam bingkai revitalisasi pertanian pangan nasional serta sagu sebagai kekuatan hidup bangsa.

Sagu memang merupakan tanaman multi-fungsi. Selain sebagai tanaman penghasil karbohidrat untuk kebutuhan pangan, sagu bisa menjadi sumber energi. Prospek pengelolaan dan pengolahan sagu yang berkelanjutan akan mendukung ketahanan pangan dan energi nasional.

Potensi luas hutan sagu di Indonesia sekitar 1,25 juta hektar dan budidaya sagu sekitar 148 ribu hektar. Hampir 96% areal hutan sagu ada di Papua. Dalam skala dunia, lahan sagu Papua sebesar 53% dari total areal sagu dunia sekitar 2,25 juta hektar.

Namun, saat ini hutan sagu sudah mulai berkurang karena banyaknya alih fungsi lahan untuk permukiman karena belum ada rencana tata ruang yang jelas. Karena itu, Freddy mendesak pemerintah untuk membentuk Dewan Ketahanan Pangan Nasional hingga kabupaten dan kota untuk mempertahankan lahan-lahan pangan seperti hutan sagu yang ada di Papua.

Sagu sebagai potensi unggulan di wilayah Papua perlu dipertahankan sebagai Lahan Sagu Abadi (LSA). Menurut Freddy Numberi, LSA harus ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah sebagai payung hukum pengelolaan dan pengolahan sagu guna meningkatkan ketahanan pangan dan energi nasional.

Untuk itu perlu ada political will dari pemerintah pusat maupun daerah untuk mengembangkan program sagu yang memiliki nilai guna sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan industri berbahan baku sagu, diversifikasi pangan dan kebutuhan energi.

Buku ini bisa menjadi salah satu pedoman penting bagi pengelolaan dan pengolahan sagu berbasis kemaslahatan masyarakat dengan mengedepankan program berwawasan lingkungan. Tata nilai sosial-budaya dan kearifan lokal harus tetap terjaga. Hutan sagu perlu didorong sebagai Zona Agro Ekologi guna menjaga ekosistem dan tatanan ekologis, serta paru-paru dunia.

 

 

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author