
Jakarta, technology-indonesia.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan melakukan kunjungan kerja ke lapangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. PLTP Sarulla merupakan lapangan panas bumi terbesar di dunia.
PLTP Sarulla juga paling efisien pengoperasiannya di Indonesia. Keefisiennya disebabkan pemilihan teknologi yang tepat menggunakan system combine cycle dengan menerapkan binary technology. Pada teknologi tersebut sisa buangan air panas dari uap panas bumi diolah kembali untuk mendapatkan kapasitas daya listrik. Pada teknologi terdahulu, air panas sisa uap dibuang begitu saja.
PLTP Sarulla dikembangkan di dua lokasi, yaitu di proyek Silangkitang (SIL) dengan kapasitas pengembangan sebesar 1×110 MW (Unit 1) dan proyek Namora – I – Langit (NIL) dengan kapasitas pengembangan sebesar 2×110 MW (Unit 2 dan 3).
PLTP Sarulla Unit 1 telah beroperasi (Commercial Operation Date/COD) pada 18 Maret 2017. Unit ke-2 PLTP Sarulla dijadwalkan COD pada 23 November 2017. Sementara Unit ke-3, ditargetkan COD pada 23 Mei 2018. Apabila semuanya berjalan sesuai rencana, kapasitas pengembangan PLTP Sarulla (Unit 1, 2 dan 3) akan menghasilkan daya sebesar 3×110 MW.
Proyek PLTP Sarulla dikembangkan melalui skema Kontrak Operasi Bersama (KOB) antara PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dengan Sarulla Operation Limited (SOL) sesuai amandemen kedua KOB dan Energy Sales Contract (ESC) yang ditandatangani pada 14 April 2013.
SOL merupakan konsorsium yang terdiri dari PT Medco Power Indonesia, Itochu Corporation (Jepang), Kyushu Electric Power Co. (Jepang), dan Ormat International, Inc (USA). Proyek dengan investasi sekitar US$ 1,6 miliar ini jadi bukti ketertarikan swasta berinvestasi di subsektor Energi Baru Terbarukan (EBT).
Jonan menyatakan kehadiran PLTP Sarulla sangat dibutuhkan untuk mengurangi defisit listrik di Sumatera Utara. Kita harapkan dengan beroperasinya PLTP Sarulla dapat membantu daerah ini yang masih mengalami defisit listrik, terang Jonan, dalam siaran persnya, Jumat (30/3/2017).
Ditegaskan Jonan, Pemerintah berkomitmen penuh mendorong pemanfaatan PLTP di Indonesia. Upaya ini ditempuh untuk melaksanakan komitmen pemerintah mencapai target bauran energi berbasis EBT sebesar 23% pada tahun 2025.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) komitmen buaran energi (EBT) sekitar 22,6 % di 2025. “Ini tanggung jawab kita bersama-sama untuk pengendalian efek rumah kaca dan pemanfaatan sumber energi primer paling efisien di daerah masing-masing supaya kelistrikan makin lama makin terjangkau oleh masyarakat,” terang Jonan.
Turut hadir dalam kunjungan kerja tersebut Wakil Ketua DPR RI, Agus Hermanto, Ketua Komisi VII DPR RI, Gus Irawan Pasaribu, Direktur Jenderal EBTKE, Rida Mulyana dan Sekretaris Daerah Tapanuli Utara, Edward Tampubolon.