BRIN Kembangkan Malapari untuk Bahan Baku Biofuel Ramah Lingkungan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan (PRKTKK) Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) tengah mengembangkan benih unggul pongamia pinnata atau malapari sebagai salah satu bahan baku biofuel.

Hal itu untuk mendukung kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2006 mengenai penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai sumber bahan bakar alternatif.

Ketua Kelompok Riset Teknologi Produksi Benih PRKTKK, Aam Aminah menyampaikan hasil penelitian dan eksplorasi bersama timnya di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) KLHK Parung Panjang Kabupaten Bogor untuk menemukan klon unggul malapari.

“Klon unggul ini akan menghasilkan produksi buah dan kandungan minyak yang tinggi. Saat ini kami telah menemukan beberapa calon klon unggul yang sedang diperbanyak baik secara generatif maupun vegetatif serta kultur jaringan,” jelasnya dalam Gardens Talk ke-14 bertajuk “Malapari atau Pongamia pinnata (L.) Pierre Sumber Bahan Bakar Nabati”, pada Kamis (21/9/2023).

Aam kemudian menjelaskan kerja sama penelitian hilirnya yang melibatkan universitas dan swasta. “Kami mengerjakan penelitian di hulu, sedangkan untuk kajian minyak malapari sedang dikerjakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Khusus aspek bisnis dan ekonomi kami bekerja sama dengan PT Sahabat Nusantara Teknologi Inovasi (Santi Group),” ungkapnya.

Carolus Borromeus Rasrendra dari Pusat Rekayasa Katalisis, Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) memaparkan potensi pengembangan dan hilirisasi malapari. Menurutnya selain sawit, malapari memiliki potensi tanaman non-pangan penghasil minyak-lemak yang dapat dikembangkan sebagai bahan bakar nabati (BBN).

Hal ini dibuktikan berdasarkan penelitiannya yang menunjukkan bahwa minyak malapari memenuhi kriteria bahan mentah BBN. “Pemanfaatan malapari selain di Indonesia, juga telah dikembangkan di beberapa negara seperti Australia, India, Afrika, Paraguay, Banglades, dan Hawai,” ujarnya.

Di sisi lain, Fauzi Bahanan dari PT Santi mendukung pengembangan malapari sebagai BBN di Indonesia. Malapari mudah dan dapat tumbuh subur hampir di seluruh wilayah Nusantara, bahkan di lahan marginal.

“Pertumbuhannya yang cepat di mana usia 3 tahun sudah berbuah, malapari tidak memerlukan pemupukan nitrogen secara khusus. Selain itu, biji atau minyak malapari mengandung bahan kimia bioaktif untuk kosmetik, obat-obatan, dan lain-lain sebagai nilai tambah,” pungkasnya. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author