Saat ini, Indonesia masih mengandalkan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama. Padahal, cadangan minyak bumi di Indonesia makin menipis. Sementara, kemampuan kilang untuk memproduksi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG semakin berkurang. Pada 2028, Indonesia diperkirakan akan menjadi net importir energi.
Sebenarnya, Indonesia memiliki beragam sumber energi dalam jumlah melimpah yang bisa dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif. Peraturan Presiden no. 5/2006 telah mengatur bahwa pada 2025, pasokan energi terbarukan dalam bauran energi nasional harus mencapai sekurang-kurangnya 17%.
Terkait produksi energi, di masa mendatang ada dua isu utama yaitu bahan bakar bersih dan efisien yang lebih yang lebih tinggi dalam proses konversi energi. Peranan teknologi sangat penting dalam pengembangan bahan bakar alternatif ini. Beberapa tahun terakhir, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah melakukan berbagai kajian dalam produksi bahan bakar alternatif. Salah satunya adalah pengembangan Dimethylether (DME) sebagai bahan bakar pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG).
“DME ini memiliki prospek yang cukup baik di masa datang. Kita akan menyiapkan sebagai salah satu alternatif pengganti bahan bakar LPG,” kata Kepala BPPT, Marzan A. Iskandar pada acara Asian DME Conference 2013 di Jakarta, Rabu (13/11).
DME adalah bahan bakar alternatif ramah lingkungan dapat diproduksi dari sumber bahan baku yang beragam, mencakup gas alam, biomassa dan batubara. DME bisa dipakai sebagai bahan bakar ramah lingkungan dan bahan baku kimia. Potensi pasar DME yang sangat besar memungkinkan terciptanya industri dalam rantai suplainya.
Namun, DME menghadapi berbagai masalah global mencakup antara lain tingkat keekonomian yang kompetitif dalam pasar bahan bakar, kemitraan strategis di antara industri terkait, dan diterbitkannya standar mengenai DME. Saat ini produksi DME masih dipimpin oleh negara-negara wilayah Asia seperti Jepang, Cina, Korea dan Iran.
BPPT telah melakukan kajian kelayakan dalam pemanfaatan DME sebagai pengganti LPG di sektor rumah tangga dan transportasi di Indonesia. Saat ini konsumsi LPG domestik mencapai sekitar 47,2 juta Barrel Oil Equivalent (BOE). Dalam kurun waktu 17 tahun mendatang, konsumsi LPG diprediksi akan tumbuh dengan kecepatan rata-rata 4 persen per tahun, lebih tinggi dari pertumbuhan produksi LPG sebesar 2,6 persen per tahun.