Perkuat Industri Pertahanan, Lima Produk Riset BRIN Mejeng di Indo Defence 2025

TechnologyIndonesia.id – Lima produk riset dan inovasi yang dikembangkan oleh para periset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dipamerkan dalam ajang Indo Defence 2025 Expo & Forum di JIExpo Kemayoran, Rabu (11/6).

Produk tersebut merupakan hasil riset yang sudah memiliki paten dan dapat dikembangkan untuk memperkuat industri pertahanan dalam negeri serta dapat juga diaplikasikan untuk kebutuhan masyarakat.

Indo Defense 2025 Expo & Forum merupakan ajang pameran pertahanan terbesar di kawasan Asia Tenggara yang mempertemukan pelaku industri, pemerintah, akademisi, dan komunitas pertahanan global.

Acara ini berlangsung dari 11 hingga 14 Juni 2025 dan diikuti oleh lebih dari 1.180 peserta dari dalam dan luar negeri, terdiri dari 659 perusahaan asing serta 521 produsen dalam negeri.

Kelima produk hasil riset dan inovasi BRIN yang ditampilkan pada pameran Indo Defence 2025, yaitu:

1. Desain Inovatif Multi-function Decommissioning and Salvage Vessel (MDSV)

Kapal ini dirancang untuk menjawab tantangan kebutuhan dekomisioning (pembongkaran) dan penyelamatan (salvage) terhadap platform-platform lepas pantai yang sudah tidak terpakai di wilayah perairan Indonesia.

Peneliti Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika, Cahyo Saskito menjelaskan bahwa kapal ini memiliki keunggulan utama karena menggabungkan tiga fungsi sekaligus dalam satu desain, yakni: tugboat, crane barge, dan service vessel.

“Biasanya ketiga fungsi ini dijalankan oleh kapal yang berbeda, namun dengan desain MDSV, semuanya disatukan dalam satu platform yang lebih ringkas dan efisien,” ungkap Cahyo.

Keunggulan lain dari MDSV adalah kemampuannya untuk beroperasi di berbagai jenis perairan Indonesia—mulai dari perairan dangkal, sedang, hingga laut dalam.

Kapal ini telah dilengkapi Remotely Operated Vehicle (ROV) yang dapat menjangkau kedalaman hingga 400 meter, serta sistem Dynamic Positioning untuk menjaga kestabilan posisi kapal dalam kondisi laut yang bergelombang atau ekstrem.

Desain ini pun terbuka untuk pengembangan kolaboratif (co-development) bersama mitra industri dan akademik. Saat ini, beberapa konten riset dan data teknis terkait MDSV telah tersedia.

BRIN membuka peluang kerja sama lanjutan bagi institusi seperti perguruan tinggi teknik kelautan, produsen kapal nasional, serta perusahaan operator migas dan kelautan.

2. Baja Tahan Peluru Berbasis Nikel Laterit

Baja tahan peluru berbasis bijih nikel laterit limonit ini menawarkan kombinasi unggul antara kekerasan tinggi (~650 HB) dan kelenturan tinggi (31,3%). Dua sifat mekanik ini umumnya sulit dicapai secara bersamaan pada baja konvensional.

Diproduksi melalui proses yang efisien, mulai dari pembuatan Nickel Pig Iron (NPI), steel making, hingga hot forming tanpa perlakuan panas khusus, material ini menggunakan kadar nikel rendah (≤ 1,8%) namun tetap mampu menandingi performa baja pelindung berkandungan nikel tinggi.

Perekayasa Ahli Pertama dari Pusat Riset Metalurgi BRIN, Septian Adi Chandra menjelaskan bahwa riset ini berangkat dari upaya pemanfaatan bijih limonit yang selama ini kurang dilirik karena kandungan nikelnya rendah, yakni maksimal 3 persen.

“Limonit ini adalah bijih besi-nikel yang kita olah menjadi nickel pig iron (NPI) dengan kandungan nikel 1–3 persen. Dari situ, kami lanjutkan proses dengan Basic Oxygen Furnace untuk mengurangi kandungan karbon hingga menjadi baja dengan kadar karbon di bawah 2 persen,” jelasnya.

Dalam demonstrasi uji coba, BRIN menampilkan tiga jenis baja: baja berbasis laterit, baja biasa, dan baja konvensional khusus kendaraan tempur. Ketiga jenis baja diuji dengan tembakan senjata dari jarak 100 meter.

Hasilnya, baja laterit dan baja konvensional berhasil bertahan dari lima tembakan berturut-turut menggunakan tiga jenis senjata: AK-417 (kaliber 7,62 mm), M16 (kaliber 5,56 mm), dan senapan SS1 buatan lokal (kaliber 5,56 mm).

“Meski terdapat sedikit retakan mikro di baja laterit, tidak ada penetrasi penuh yang terjadi. Sementara itu, baja biasa bisa ditembus,” ungkap Septian.

3. Synthetic Aperture Radar (SAR) untuk pemantauan dan pemetaan yang akurat

Teknologi Synthetic Aperture Radar (SAR) menghadirkan pencitraan beresolusi tinggi dalam sistem yang ringan, ringkas, dan siap diintegrasikan dengan UAV. Beroperasi siang-malam dalam segala cuaca, teknologi ini menjadi solusi strategis untuk pengawasan, pemetaan, dan riset multidisiplin.

Sistem SAR ini menyediakan pemetaan detail menembus vegetasi dan tanah melalui pengambilan data multimodal dan multi-sudut.

Alat ini dapat digunakan dalam segala cuaca menjadikannya ideal untuk tantangan geografis dan berbagai aplikasi seperti dalam bidang pertanian dan kehutanan untuk pemantauan tanaman, pemetaan hutan, deteksi kebakaran hutan.

Sedangkan dalam bidang ketahanan dan keamanan dapat digunakan untuk melakukan pengawasan strategis wilayah perbatasan dan pengintaian malam hari.

4. Inovasi Antena Array Slot Pandu untuk Radar GCI Pertahanan Udara

Antena array Slot Pandu-Gelombang ini dirancang sebagai komponen utama dalam sistem radar Ground Controlled Interception (GCI)—sistem radar pertahanan udara jarak jauh yang berfungsi mendeteksi, melacak, dan memandu intersepsi target udara secara real-time.

Dengan performa tinggi dan struktur modular, antena ini menjawab kebutuhan sistem pertahanan modern yang tangguh dan presisi.

Dirancang dengan presisi, antena ini menghadirkan pelacakan dengan lebar sudut sempit dan mampu beradaptasi dengan berbagai misi melalui dukungan bandwidth hingga 600 MHz.

Peneliti Pusat Riset Telekomunikasi BRIN, Suisbiyanto menyampaikan bahwa alat ini dapat diaplikasikan dan dikembangkan untuk sistem radar GCI pertahanan udara, radar navigasi atau deteksi baik untuk kalangan sipil dan militer.

5. Cat Antifouling Berbasis Nanoteknologi

Inovasi cat antifouling berbasis nanoteknologi dirancang untuk menghambat penempelan organisme laut seperti teritip dan alga pada struktur terendam, tanpa melepaskan zat beracun yang berbahaya bagi lingkungan.

Menggunakan teknologi nano dan elemen logam tanah jarang (Cerium oksida) untuk mengurangi dampak ekologis, material ini mampu memberikan perlindungan jangka panjang, sekaligus menjaga struktur laut.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Metalurgi BRIN, Arini Nikitasari mengungkapkan teknologi ini memungkinkan reduksi bahan toksik dalam formulasi cat, sejalan dengan tuntutan global akan produk ramah lingkungan.

“Penggunaan bahan dalam cat konvensional diketahui bisa membunuh organisme laut seperti ikan dan udang, padahal target utama antifouling hanyalah mikroorganisme yang menempel di permukaan logam,” ujar Arini.

Riset ini saat ini berada pada tahap uji lapangan, dengan pengujian selama 12 bulan di perairan Tanjung Pasir, Indonesia. Menurut Arini, laut Indonesia dipilih karena kondisi tropis yang mempercepat pertumbuhan biofouling, menjadikannya lokasi yang ideal untuk menguji efektivitas produk.

Arini berharap hasil riset ini dapat dikembangkan lebih lanjut melalui kolaborasi dengan industri cat di dalam negeri.

“Selama ini mayoritas cat antifouling di Indonesia masih berasal dari luar negeri. Harapan kami, akan ada perusahaan lokal yang tertarik untuk bekerja sama, sehingga kita bisa menghasilkan produk cat antifouling asli buatan Indonesia,” tutupnya. (Sumber: brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author