TechnologyIndonesia.id – Hingga saat ini, permasalahan air tanah di Indonesia menjadi tantangan besar untuk diselesaikan. Selain permukaan air tanah yang terus menurun, polusi, dan eksploitasi air tanah untuk konsumsi masyarakat menjadi permasalahan yang semakin serius, sehingga perlu segera ditangani
Ketua Komite Nasional Indonesia Program Hidrologi Internasional (IHP) UNESCO, Budi Heru Santoso menyampaikan hal tersebut dalam workshop “Managing Aquifer Recharge and Sustaining Groundwater Use through Village-level Intervention (MARVI) pada Kamis (14/3/2024).
Workshop tersebut digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Penelitian Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) bekerja sama dengan IHP UNESCO. Workshop ini diselenggerakan sebagai upaya untuk lebih memahami permasalahan dan tantangan air tanah di Indonesia.
Budi yang saat ini aktif menjadi Peneliti PRLSDA menjelaskan bahwa MARVI merupakan program IHP UNESCO terkait pemantauan air tanah di India yang melibatkan partisipatif aktif di tingkat desa.
Sedangkan workshop MARVI adalah salah satu bentuk program IHP yang khusus di selenggarakan di Indonesia untuk peningkatan pengetahuan dan kapasitas sumber daya manusia terkait pemantauan air.
Rachmat Fajar Lubis Peneliti PRLSDA yang didapuk menjadi moderator acara tersebut menambahkan, forum ini tentunya menjadi peluang bagi BRIN untuk mengidentifikasi mitra kolaborasi dan mengidentifikasi lokasi percontohan utama pemantauan air tanah serta adanya partisipatif dan proposal awal untuk pendanaan program.
Basant Maheswari, Professor ahli di bidang air dan keberlanjutan lingkungan yang menjadi narasumber tunggal workshop menginformasikan, proyek MARVI menggunakan pendekatan ‘transdisipliner’ (berbeda dengan pendekatan multidisiplin dan interdisipliner).
Ia menambahkan, MARVI adalah program pengumpulan data partisipatif, saling berbagi informasi untuk membangun pemahaman; dan kegiatan yang melibatkan pengambil kebijakan, instansi pemerintah, pengguna dan pemangku kepentingan lainnya.
Profesor dari Western Sidney University Australia ini menjelaskan, prinsipnya pendekatan untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengelolaan air tanah melalui pendekatan tim.
Pendekatan ini memungkinkan para peneliti untuk saling saling memberi informasi, menangkap kompleksitas pengelolaan air tanah dan membantu mereka menciptakan pemahaman baru di luar disiplin ilmu mereka mengenai air tanah di tingkat desa.
“Dalam proyek ini, kami memiliki peneliti dari berbagai disiplin. Mereka menyumbangkan keahlian di bidang pengelolaan air tanah, namun pada tingkat yang sama mereka bekerja di luar disiplin ilmu mereka sendiri. Kami berupaya memahami kompleksitas keseluruhan proyek, bukan hanya satu bagian saja,” katanya.
Tujuan program MARVI adalah untuk meningkatkan keamanan pasokan air irigasi dan meningkatkan peluang mata pencaharian bagi masyarakat pedesaan di India. Proyek ini telah berjalan sejak 2011 yang didanai oleh Australian Water Partnership (AWP) dan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR).
Mitra utama proyek ini adalah Western Sydney University, CSIRO Land & Water, International Water Management Institute, Development Support Centre, Arid Communities and Technologies, Maharana Pratap University of Agriculture and Technology dan Vidya Bhawan Krishi Vigyan Kendra. (Sumber brin.go.id)