Fakta Seputar Meletusnya Gunung Kelud

Angin ke Timur, Tapi Abu ke Barat

Banyak mitos yang mengemuka kembali setelah Gunung Kelud meletus. Hal itu dikaitkan dengan kisah Lembu Suro yang ditolak cintanya oleh seorang putri dari Kediri. Maka, bukan Blitar dan Malang yang mendapat ‘amukan’ Kelud, melainkan Kediri.
Dan, abu vulkanik pun beterbangan ke arah barat hingga sampai Bandung. Mitos itu makin kuat dipercaya masyarakat, karena pada saat Gunung Kelud meletus 13 Februari 2014 malam, angin berhembus kencang ke arah timur. Secara logika, hal ini dirasa aneh.

Namun, tak ada yang aneh bagi peneliti yang cermat. Tri Handoko Seto, Kepala Bidang Pengkajian Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan, UPT Hujan Buatan BPPT, mengatakan bahwa memang banyak yang bertanya mengapa abu vulkanik letusan Gunung Kelud justru banyak yang jatuh di wilayah barat, padahal angin sedang berhembus dari barat ke timur.

“Memang benar bahwa kondisi angin di lapisan bawah di ketinggian sekitar satu kilo meter di atas permukaan laut bergerak dari wilayah barat ke timur. Tapi, angin di ketinggian lima kilo meter justru bergerak dari wilayah timur dan tenggara ke wilayah barat dan barat laut dengan kecepatan sekitar 10 sampai 20 knot,” kata Seto, Senin (17/2).

Seto yang juga pakar meteorologi tropis menambahkan, untuk diketahui, letusan Gunung Kelud yang berisi abu vulkanik bergerak ke atas hingga ketinggian 10 sampai 17 kilometer. Sementara lapisan atas yang berada lima kilometer di atas permukaan laut terus bergerak ke wilayah Barat. Itu yang menyebabkan hujan abu vulkanik bisa sampai ke wilayah Bandung.

“Tapi, daerah yang paling terpapar material kerikil dan abu vulkanik yang berukuran besar tentu daerah yang berada di sekitar Gunung Kelud karena adanya dampak gravitasi,” tambah Seto.

Lalu, hingga kapan hujan abu vulkanik terus melanda? Seto menjelaskan, semuanya itu terjadi tergantung sumber abunya. Selama abu masih banyak berada di udara, maka hujan abu akan berlangsung lama. Tapi, karena sebagian besar abu sudah jatuh akibat adanya gravitasi dan hujan yang turun di beberapa lokasi di Jawa, maka selama tidak ada letusan baru hujan abu itu akan segera hilang.

“Untuk mengantisipasi terjadi bencana serupa, BPPT siap membantu lembaga BNPB dan BNPD untuk menanggulangi masalah hujan abu vulkanik. Misalnya dengan menganalisis data-data di radar cuaca, maka akan diketahui informasi mengenai volume dan kerapatan debu vulkanik secara lebih detail. Dengan begitu para warga bisa waspada terhadap datangnya hujan abu vulkanik,” tutup Tri Handoko.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author