CIKARANG – Kapal Pelat Datar 10 GT karya peneliti dan alumni Universitas Indonesia (UI) melaju ke tahap pabrikasi di area produksi PT Gunung Steel Group, Cikarang. Pabrikasi kapal ini merupakan upaya penguatan dan persiapan Kapal Pelat Datar agar dapat diproduksi massal tahun ini.
Sebelum dilakukan pabrikasi, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir telah melakukan uji coba Kapal Pelat Datar pada 20 Agustus 2016 di Kepulauan Seribu. Desain kapal ini merupakan generasi ke-6, yang telah mengalami penyempurnaan dari desain sebelumnya.
Menristekdikti mengatakan kapal baja dengan teknologi pelat datar memiliki keunggulan yang dapat menjadi solusi di masa depan sebagai alternatif kapal kayu dan kapal fiberglass. “Kapal berbahan baku pelat datar harganya jauh lebih murah dan lifetime-nya dua kali lipat hingga mencapai 20 tahun,” kata Nasir saat meninjau Pabrikasi Kapal Pelat Datar 10 GT di Cikarang pada Minggu (15/1/2017).
Menurut Nasir, desain buritan kapal yang membentuk huruf W terbalik (semi trimaran) menyebabkan energi gelombang yang dipecah bagian depan kapal mampu menggerakan propeler hingga dua kali lipat. “Generasi awal kapal ini kecepatannya mencapai 24,5 knot. Mesin yang digunakan 50% dari kapal model V yang menggunakan 350 horse power. Kapal ini hanya membutuhkan 170 horse power, manuvernya juga bagus,” ujarnya.
Dari segi harga, lanjut Nasir, Kapal Pelat Datar lebih murah. Kapal 10 GT berbahan fiberglass harganya sekitar Rp 420 juta, kapal kayu harganya Rp 350 juta. Sementara kapal baja harganya Rp 275 juta. Selain bisa didaur ulang, baja sebagai bahan material kapal 100% lokal. Sementara bahan fiberglass 100% impor.
Kapal Pelat Datar juga lebih mudah dalam pengerjaannya, karena tidak ada lengkungan. Pelat baja dipotong berdasarkan pola dan dirakit menggunakan las. “Proses ini bisa menimbulkan industri kapal baru. Di sini menyediakan materialnya, setelah cutting kemudian dipaketkan ke industri kapal untuk di-assembling,” terang Nasir.
Kapal Pelat Datar 10 GT (Gross Tonnage) yang dipabrikasi mempunyai panjang 13.5 meter. Kapal ini jika dijadikan sebagai kapal penumpang mampu menampung 25 orang. Sementara untuk kapal ikan, menampung 7 orang dengan daya angkut 5 ton. “Setelah dipabrikasi, kapal ini akan menjalani proses sertifikasi agar bisa diproduksi massal,” ujarnya.
Prototipe kapal ini rencananya akan dioperasikan di wilayah Teluk Bintuni, atas permintaan Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Kapal Pelat Datar diyakini mampu dan cocok melayani pelayaran di wilayah berkarakteristik seperti di wilayah Teluk Bintuni.
Nasir optimis produk ini sangat menjanjikan untuk perkapalan di Indonesia. Ia berharap dengan adanya Kapal Pelat Datar, kebutuhan 3.500 kapal nelayan di Indonesia akan bisa dipenuhi dengan baik. “Mudah-mudahan sertifikasi segera selesai, sehingga kapal ini bisa bersaing di Indonesia dan dunia,” pungkasnya.
Baca juga: