TechnologyIndonesia.id – Kerangka paus sperma yang pernah terdampar di Karangasem, Bali, saat ini sudah dievakuasi ke gedung Keanekaragaman Hayati (Kehati) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cibinong, Jawa Barat.
Kerangka paus sperma tersebut baru melewati tahap pembersihan. Untuk merangkainya diperlukan studi banding ke Museum Kerangka Paus di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Nova Mujiono mengatakan kerangka paus sperma dari Karangasem, Bali berbeda dengan kerangka paus biru yang terdapat di gedung museum pameran zoologi, Kebun Raya Bogor.
“Saat ini belum diproses lebih lanjut, baru pada tahap pembersihan saja, jadi belum disusun atau dirangkai. Karena diperlukan studi banding untuk merangkainya, ke Museum Kerangka Paus di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu,” kata Nova, dalam Session of Sharing (SOS) Seri 41, bertajuk “Pengelolaan Koleksi Zoologi 2021-2023″, secara daring, Jumat (26/4/2024).
“Kami perlu mengetahui lebih detail susunan kerangka paus sperma tersebut,” tambah dia.
Dijelaskan Nova, mengacu Peraturan BRIN No. 18 Tahun 2022 tentang Wajib Serah dan Wajib Simpan Data Primer dan Keluaran Hasil Riset, hasil riset terkait biota, dari perjalanan ekspedisi yang menghasilkan output berupa koleksi, wajib melakukan penyerahan dan penyimpanan koleksinya terutama di gedung Kehati.
Fasilitas Riset Gedung Kehati
Seiring dengan selesainya pembangunan gedung Kehati, tutur Nova, saat ini juga tengah dilakukan penataan ruang koleksi, penempatan lemari koleksi dan kopaktus. Gedung Kehati menjadi lokasi penyimpanan spesimen koleksi di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno BRIN, Cibinong.
Gedung Kehati terdiri dari tiga bagian. Gedung A, B dan C, yang masing-masing gedung terdiri dari 5 lantai.
Bagian gedung A dan C diperuntukkan sebagai tempat menyimpan spesimen koleksi zoologi kering dan basah, termasuk di dalamnya terdapat ruang kerja dan ruang proses.
Dari lantai 2 gedung Widyasatwaloka terdapat fasilitas jembatan penghubung, sehingga bisa akses langsung ke lantai 2 Gedung C. Sedangkan bagian gedung B mulai lantai 1-4 diperuntukkan khusus untuk spesimen koleksi botani kering.
“Lantai 5 dipergunakan sebagai ruang koleksi serangga 1 dan 2 serta ruang studi,” jelas Nova.
Saat ini juga sudah dilakukan pemindahan koleksi basah baik dari gedung Widyasatwaloka maupun dari Pusat Riset Oseanografi BRIN, Ancol.
Terkait wajib serah dan wajib simpan di Gedung Kehati, Nova membeberkan pada 2022, terdapat 13 dokumen mencakup 1825 spesimen. Sedangkan pada 2023 hanya terdapat 4 dokumen dan mencakup 527 spesimen yang sudah diserahkan.
Pemindahan koleksi dimulai sejak Juni hingga November 2023 dari Gedung Widyasatwaloka ke Gedung Kehati. Penempatannya berdasarkan klasifikasi pada tingkatan kelas.
Totalnya berjumlah 98.448 botol, 2.533 botol diantaranya adalah spesimen tipe koleksi basah dan sudah dipisahkan ke dalam ruang koleksi masing-masing.
“Selain memindahkan koleksi basah dari gedung Widyasatwaloka, kami juga berhasil memindahkan koleksi basah dari Pusat Riset Oseanografi BRIN, Ancol. Ada sekitar 9.264 botol, sehingga jika dijumlah total koleksi yang dipindahkan ke gedung Kehati sekitar 98.448 botol, dan hingga saat ini sudah berhasil ditata di lantai 1 bagian C gedung Kehati,” rincinya.
Lebih lanjut Nova menyampaikan, proses migrasi database koleksi zoologi pada masa transisi dari LIPI ke BRIN dimulai sejak 2023 lalu.
Hingga saat ini, tengah memasuki masa pengembangan sistem database koleksi. Yaitu, dengan melakukan merger antara sistem database Indonesian Biodiversity Information System (IBIS) masuk ke sistem database Makoyana.
“Nantinya, Mayokana akan dijadikan sebagai induk atau rumah bagi semua sistem database koleksi ilmiah. Termasuk di dalamnya database arkeologi dan sistem database IBIS,” tandas Nova (Sumber brin.go.id)