Jakarta, Technology-Indonesia.com –
Ilmu pengetahuan dan Teknologi (Iptek) berkembang sangat dinamis dan selalu menghadirkan sesuatu yang baru. Untuk itu, penekanan pada inovasi harus menjadi fokus penting bagi Pusat Peragaan Iptek (PP-Iptek).
Dalam pengembangannya, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro, menginginkan PP-Iptek setara dengan science museum atau science center kelas dunia, paling tidak setara dengan science center di Asean.
“Setiap negara yang mengembangkan Iptek wajib mempunyai museum ilmu pengetahuan atau science center atau PP-Iptek,” kata Menristek di sela-sela kunjungan kerjanya di PP-Iptek, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Selasa (3/3/2020).
PP-Iptek yang usianya sudah cukup tinggi, menurut Menristek sudah cukup lengkap menggambarkan perkembangan ilmu pengetahuan. “Tetapi tentunya harus terus di update, karena ilmu pengetahuan itu sangat dinamis, dan selalu ada yang baru, sehingga penekanan pada inovasi ini nanti akan menjadi fokus penting PP-Iptek,” lanjutnya.
Terkait rencana pengembangan Galeri Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Inovasi (GIPTI) di kawasan Tangerang, ada rumor atau desas-desus PP-Iptek akan dipindahkan ke sana. Menurut Menristek, itu bisa menjadi pilihan, pindah atau diperluas, karena yang rencananya GIPTI di Serpong nanti akan lebih menekankan kepada yang kekinian.
“Artinya teknologi, khususnya pada Revolusi Industri 4.0. Ini juga terkait dengan kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), dan juga ingin menekankan unsur, bahwa science and technology itu menyenangkan buat siapapun, tidak hanya scientist atau ahlinya yang bisa menikmati,” tuturnya.
Direktur PP-Iptek, Mochammad Syachrial Annas menambahkan, tujuan kunjungan Menristek/Kepala BRIN ke PP-Iptek untuk melihat secara langsung fasilitas yang ada, dan mendapatkan informasi langsung dari sumbernya. Sehingga ketika mengambil kebijakan tentang ini, Menristek sudah mengetahuinya.
Ia menambahkan, PP-Iptek setiap tahun melakukan perintisan science center di daerah-daerah. Artinya tidak ada science center yang ditutup, justru malah dikembangkan. Pihaknya telah meminta kepada Menristek kalau bisa membuat science center yang lebih besar dari PP-Iptek yang sifatnya internasional.
“Kalau disini, sifatnya masih level ilmu-ilmu dasar, barangkali nanti yang high tech kekinian yang sesuai era Industri 4.0. Namun di sini nanti tetap ada, dan apa nanti pembedanya, tapi pengelolanya tetap PP-Iptek,” terangnya.
Artinya Menristek/Kepala BRIN mendukung sekali, atas rencana pendirian science center baru yang lebih bagus dan lebih besar, kekinian, tetapi tetap dikelola oleh PP-Iptek. “Jadi ada perluasan,” katanya.
Banyak science center di dunia yang bagus-bagus, diantaranya science center Guangdong, China, Questacon di Australia, Jerman, semua bentuknya unik-unik. Syachrial berharap PP-Iptek bisa seperti science center di berbagai negara yang menjadi tujuan wisatawan, bukan hanya anak sekolah.
“Jadi kita ingin menjadi World Class Science Center itu tahun 2025. Untuk itu, kita tinggal benahi, apa yang kita lakukan untuk masuk ke organisasi internasional, baik di Asia Pasifik maupun di dunia, agar kita tidak selalu ketinggalan, dan dengan segala keterbatasan kita harus menyesuaikan,” pungkasnya.