Kemenristek ‘Tak Berdaya’ Lakukan SIDa

Menteri Negara Ristek dan Teknologi Gusti Muhamad Hatta mengakui penguatan sistem inovasi daerah tidak dapat dilakukan oleh satu kementerian saja.

“Seluruh kementerian dan lembaga penelitian harus berkordinasi terhadap pengembangan dan peningkatan daya saing daerah,” kata Gusti dalam sambutan yang dibacakan Deputi Jaringan Iptek, Kemenristek, Amien Subandrio (Ad interim) saat rapat kordinasi penelitian dan pengembangan, di Jakarta, Rabu, (13/6).

Selanjutnya Gusti mengatakan Kemenristek akan membentuk tim kordinasi nasional lintas kementerian dan lembaga untuk melaksanakan sistem inovasi daerah.

Dengan adanya tim kordinasi nasional tersebut Hatta berharap semua kementerian dan lembaga bersedia untuk mensinergikan program yang akan dilaksanakan di daerah.

“Saya yakin bila semua kementerian dan lembaga dapat bersatu dengan segala kekuatan dan kelemahan yang ada maka kita yang ada, maka kita akan mampu memberikan kontribusi yang signifikan untuk kesejahteraan masyarakat di masa datang,” ujar Menegristek.

Sementara itu Kepala Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Provinsi Sumatera Selatan, Ekowati Retnaningsih, mengatakan pihaknya telah melakukan sinergi antara akademisi, bisnis, goverment dan legislatif (ABGL) untuk melaksanakan sistem inovasi daerah dan teknologi dalam rangka penambahan, peningkatan daya saing.

“Di daerah kami, sebelum ada SIDa inovasi teknologi di lakukan oleh litbang namun setelah ada SIDa ada interaksi, sinergi sumber daya SDM, dana, dan fasilitas. Juga ada pembagian peran sesuai tugas dan fungsi pelaku inovasi ABGL di berbagai wilayah kabupaten/kota di Sumatera Selatan,” ucap Ekowati.

Di sisi lain sinergi atau kordinasi badan litbang dengan pihak lain belum terlihat. Hal itu diakui oleh Sekretaris Litbang Kemenhub, Ery Sinaga, yang menyebutkan bahwa di litbang kemenhub hasil penelitiannya belum banyak yang diimplementasikan kepada pemakainya. “Sayang sekali, karena banyak sekali hasil penelitian yang tidak implementatif,” katanya.

Kenyataan seperti itu juga yang menyebabkan Kemenristek ingin mengkordinasikan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan litbang dan pendayagunaan hasil litbang kepada seluruh kementerian dan lembaga. Khususnya untuk mensinergikan kegiatan-kegiatan yang ada di daerah untuk peningkatan daya saing daerah.

Untuk itulah akan dibentuk tim kordinasi nasional yang diharapkan mengemban tugas seperti menyusun dokumen roadmap nasional penguatan SIDa, mengintegrasikan program SIDa dalam dokumen rencana strategis kementerian dan lembaga. Selain itu, melakukan sinkronisasi, harmonisasi dan sinergi SIDa, penataan unsur SIDa, pengembangan SIDa secara nasional. Juga melakukan persiapan rumusan kebijakan penguatan SIDa, mengkordinasikan penyusunan program dan kegiatan penguatan SIDa secara nasional, monitoring dan evaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan penguatan SIDa.

Tim ini juga nantinya diharapkan menetapkan kebijakan penguatan SIDa secara nasional. Kebijakan tersebut akan memandu implementasi penguatan SIDa sesuai karakteristik dan potensi strategis yang dimilikimasing-masing provinsi maupuan kabupaten/kota di Indoensia.

Sinergi dalam bentuk jaringan memerlukan penataan yang ditempuh dengan berbagai instrumen seperti, diskusi terfokus, seminar, kerjasama kelitbangan antar lembaga, membentuk forum komunikasi penelitian dan pengembangan daerah.

Menurut Amien Subandrio, jumlah anggaran yang besar di bidang penelitian di seluruh kementerian dan lembaga penelitian sebanyak 10 Triliun ini belum memiliki sistem yang terkordinasi. Sehingga dengan adanya tim kordinasi nasional ini merupakan solusi mengatasi permasalahan kelitbangan selama ini, seperti peneliti yang cenderung individual yang belum mau meneliti untuk kebutuhan masyarakat.

“Dengan sinergi kelitbangan ini utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Sementara Asisten Deputi Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Kemenristek, Hotmatua Daulay, menambahkan tidak adanya mekanisme yang jelas dalam hal sistem inovasi daerah menjadi kendala tidak berjalannya inovasi di daerah.

“Oleh karena itu sekarang ini kami buatkan sistemnya untuk menjaga dan menguatkan agar inovasi bisa tetap berjalan meski pejabatnya sudah berganti. Ini yang akan kita dorong,” tutur Daulay.

Sinergi tersebut menurut Ekowati Retnaningsih merupakan terobosan baru di kancah penelitian, karena diakuinya hal itu menuntut perubahan paradigma bagi penelitinya.

“Ini merupakan terobosan yang bisa membuat peneliti turun gunung. Dengan adanya sinergi kelitbangan maka hasil penelitiannya akan diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat luas,” tutur Ekowati.

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author