Gemar membaca, rasa ingin tahun, kreatifitas, kerja keras, jujur, disiplin, menghargai prestasi, rasa tanggung jawab dan mandiri adalah karakter yang mempengaruhi ilmuwan. Namun, kenyataannya masih jauh dari yang diharapkan.
“Kesenjangan ini dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu lingkungan hidupnya. Juga faktor internal yaitu kesehatan raga dan jiwa berperan penting dalam menentukan bagaimana seseorang tumbuh, berkembang dan berinteraksi dengan lingkungannya,” demikian Menteri Negara Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta dalam sambutannya saat membuka workshop “Membangun Bangsa Berkarakter Unggul dan Bermoral: Tinjauan Aspek Kesehatan dan Sosial Humaniora,” di Jakarta, Senin (21/5).
Menegristek melanjutkan untuk dapat memperoleh karakter bangsa Indonesia yang unggul dan bermoral dibutuhkan dua upaya yaitu meningkatkan kualitas otak manusia Indonesia dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kepribadian dan emonsional manusia Indonesia.
“Untuk upaya peningkatan kualitas Kemenristek telah memberikan perhatian terhadap upaya kegiatan riset bidang kesehatan kepada Bidang Gizi, Pengendalian Penyakit, Pengembangan Obat dan Pengembangan Alat Kesehatan. Sedang untuk lingkungan yang kondustif, telah menempatkan sosial humaniora sebagai bidang kajian yang sangat mendukung keberhasilan kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan ketujuh bidang fokus Iptek yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional,” jelas Gusti.
Sementara itu pemakalah lain dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Profesor Suhartono Taat Putra, mengatakan otak yang sehat adalah otak yang mampu menyejahterakan alam seisinya. Ciri otak sehat diantaranya, sportif, kerja keras, jujur, pantang menyerang, percaya diri, sulit marah, mudah memaafkan, rendah hati, disiplin, dan tanggung jawab.
“Jika ciri itu ada maka perilakunya akan sehat. Oleh karena itu hidup perlu otak normal yang disehatkan melalui pendidikan agar berkecerdasan intelektual, emosional, spritual, adversitas dan majemuk. Otak yang sehat akan memperbaiki imunitas sehingga usia manusia bisa optimal,” kata Suhartono.
Sementara itu Rektor Universitas Islam Nasional Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Prof.Dr Musa Asy’arie jika otak sakit maka spritual juga sakit. Sehingga muncul dekadensi moral peluruhan kekuatan negara dan bangsa dalam NKRI. Serta peluruhan kekuatan negara dan bangsa NKRI dalam krisis,” tambah Ade lagi.
Terkait dengan pendidikan karakter, Dr.H. Taufik Pasiak,dr.M.Pd dan M.Kes menyebut bahwa pendidikan karakter juga memiliki regulasi di otak. Karena itu pendidikan karakter adalah pendidik otak. “Manusia tanpa karakter adalah manusia yang otaknya tidak optimal, terganggu, atau mengalami penyakit.