JAAI Promosikan Kolaborasi Riset Indonesia -Jepang

Bogor, Technology-Indonesia.com – Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada masalah multidimensi, terutama masalah keamanan pangan, air, energi, manusia, dan lingkungan. Agar bisa menyumbangkan ide dan rekomendasi untuk meminimalkan masalah di atas, JSPS Alumni Association of Indonesia (JAAI) menggelar simposium internasional di Bogor pada Kamis (31/10/2019).

Ketua JAAI Periode 2017-2019, Subyakto mengatakan JAAI merupakan asosiasi untuk mempromosikan kolaborasi riset antara alumni Indonesia dan Jepang. Yang terpenting JAAI bisa memberikan rekomendasi terhadap pemerintah di bidang pangan, air, energi, keamanan lingkungan, dan lain-lain. Empat bidang ini menjadi prioritas pemerintah yang krusial untuk ditangani.

“Harapan kami dari simposium ini nanti bisa dipilih beberapa rekomendasi yang kita usulkan ke pemerintah,” ujar Subyakto dalam General Assembly and The Third International Symposium of JSPS Alumni Association of Indonesia pada Kamis (31/10/2019), di Bogor, Jawa Barat.

Dewan Pengawas JAAI, Bambang Subiyanto  mengatakan JAAI merupakan asosiasi yang menghimpun alumni lulusan Jepang yang sudah kembali ke Indonesia. Jepang, lanjutnya, selalu memelihara komunikasi dengan alumninya sebagai suatu bentuk kepedulian agar masih terjalin komunikasi sehingga diketahui temuan-temuan terbarunya.

“Setiap tahun juga ada bridge fellowship program. Kita seleksi yang terbaik dari alumni Jepang untuk diberi kesempatan ke Jepang selama 30 hari. Bridge fellowship program bertujuan mengundang alumni yang sudah lama pulang ke Indonesia untuk kembali ke Jepang supaya membangun network baru,” ujar Bambang.

Karena seleksinya sangat ketat, terangnya, hanya satu orang yang dikirim ke Jepang untuk melakukan penelitian-penelitian serta membangun network baru di Jepang sehingga ada kelanjutan kerjasama. Salah satu kriterianya selain sangat aktif di JAAI, juga mampu membangun jejaring baru.

Kolaborasi Riset

Sekretaris Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi, Prakosa dalam simposium tersebut mengatakan bahwa dalam pelaksanaan riset, Indonesia telah mempunyai Perpres Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045 yang menjadi pegangan dan panduan bagi riset Indonesia. Dalam pelaksanaannya, rencana jangka panjang riset Indonesia dituangkan menjadi prioritas nasional dalam lima tahunan.

Prioritas Riset I untuk periode 2017-2019. Selanjutnya, Prioritas Riset II tahun 2020-2024 yang berdasarkan Hasil Rakornas Kelitbangan Nasional di Bali pada Agustus 2019, Riset ke depan menyangkut beberapa fokus bidang riset, tema bidang riset, topik riset, institusi pelaksana, target capaian dan alokasi anggaran.

“Dari topik riset yang telah disepakati termasuk yang disimposiumkan hari ini yaitu fokus bidang pangan, air, energi, humanity, dan lingkungan,” lanjutnya.

Dari kesepakatan Rakornas, fokus riset di bidang pangan meliputi padi, kedelai, jagung, serta hortikutura utamanya cabai, bawang merah, dan bawang putih, serta ketersediaan sapi ternak dan unggas. Di bidang air, dalam prioritas riset nasional telah dinormakan dalam smart water management system. Sementara di bidang energi salah satu prioritasnya adalah renewable energy.

Menurut Prakosa, dengan lahirnya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kegiatan riset didorong tidak hanya sampai di prosiding, artikel, tapi invention atau temuan itu bisa dihilirisasikan atau menjadi inovasi sehingga ada efek ekonomi. Karena itu diperlukan kolaborasi riset sehingga menghasilkan output inovasi.

“Simposium ini saya pikir sangat relevan dengan kegiatan hilirisasi penelitian. Saya berharap JAAI ini dapat membangun jejaring kolaborasi karena kegiatan riset mungkin tidak bisa dilakukan atau diselesaikan di dalam negeri. Maka jejaring internasional sangat penting,” tuturnya.

Terkait kolaborasi riset, Deputi Bidang Jasa Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Mego pinandito mengatakan bahwa pada intinya kegiatan-kegiatan riset harus terkoordinasi dengan baik serta bersinergi antara lembaga litbang, universitas dan lain-lain. “Kalau disatukan dan difokuskan akan menjadi kekuatan besar,” lanjutnya.

Menurut Mego, salah satu yang menjadi program prioritas Presiden Joko Widodo adalah bagaimana menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul. Asosiasi alumni Jepang ini sudah memiliki networking sehingga bisa mengajak junior-junior untuk dikenalkan dengan profesor-profesor di Jepang sehingga penelitian bisa lebih maju. Ia berharap kegiatan penelitian ini dikoordinasikan dengan peneliti lain dari kementerian maupun universitas.

“Contohnya di Kyoto University ternyata di sana berkumpul peneliti dari LIPI, BPPT, lintas kementerian dan lain-lain. Satu laboratorium bisa digunakan secara bersama-sama. Waktu pulang karena tergabung dalam asosiasi jadi bisa bertemu kembali sehingga memudahkan kita bersinergi dengan peneliti-peneliti di Indonesia,” tuturnya.

Dengan kolaborasi Indonesia dengan Jepang karena masing-masing sudah memiliki koneksi dengan universitas dan industri, Mego berharap akan mempermudah dan ada percepatan sehingga hasil penelitian tidak hanya berhenti di publikasi tapi juga hilirisasi.

“Bagaimana industri bisa memanfaatkan hasil-hasil penelitian. Industri juga bisa mekakukan penelitian bersama karena kegiatan penelitian tidak hanya dari instansi pemerintah tapi juga dari swasta dan masyarakat,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author