Jakarta – PT Freeport Indonesia (PT FI) resmi mengajukan surat penawaran divestasi sahamnya kepada pihak pemerintah Indonesia yakni Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 13/1/2016. PT FI mengajukan divestasi sahamnya sebesar 10,64% dengan harga USD 1,7 miliar.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot Aryono menerangkan PT FI telah mengirim surat ke Menteri ESDM tentang penawaran saham. Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) nomer 77/2014, PT FI harus menawarkan 10,64% sahamnya. “Dalam suratnya, mereka menyebutkan nilai 100% saham PT FI sebesar US$ 16,2 miliar. Maka 10,64% sahamnya jadi US$ 1,7 miliar,” terang Gatot.
Menurut Bambang, setelah penawaran resmi Freeport, pemerintah akan segera membentuk tim yang terdiri dari berbagai kementerian dan lembaga untuk menilai harga saham yang diajukan PT FI. Pemerintah akan memberikan evaluasi terhadap valuasi yang disampaikan PT FI tersebut.
Sebagai informasi, PT Freeport Indonesia wajib mendivestasikan 30% sahamnya kepada pemerintah Indonesia hingga 2019. Saat ini sebanyak 9,36% saham PT Freeport Indonesia sudah dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Awal tahun ini, 10,64% saham ditawarkan oleh Freeport. Adapun 10% saham lagi harus ditawarkan sebelum 2019.
Berdasarkan PP Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah berhak melakukan kajian atas penawaran tersebut selama 60 hari. Kendati demikian, menurut Bambang, waktu 60 hari tersebut masih dibilang terlalu lama. “Tentunya kita tidak mau berlama-lama, kita harus cepat. Kita melibatkan para pihak, Kemenkeu, Kementerian BUMN, dan para pakar,” tegas Bambang.
Dalam rangka Divestasi Saham perusahaan raksasa pertambangan yang bermarkas di Amerika ini, ada beberapa opsi yang mengemuka. Menteri ESDM, Sudirman Said menginginkan saham PT FI dilepas di lantai bursa saham. Sudirman Said beralasan jika dilepas di lantai bursa, maka akan lebih transparan dan terbuka. Seluruh masyarakat akan dapat mengkontrol pergerakan saham PT FI. Masyarakat juga dapat melihat bagaimana kinerja PT FI maupun membeli sahamnya.
Banyak kalangan sependapat jika saham PT FI dilepas di lantai bursa. Namun, tak sedikit pula kalangan meragukan jika dilepas di lantai bursa maka banyak pihak asing yang akan membeli saham PT FI. Kekawatiran tersebut ditepis oleh pengamat kebijakan publik Agus Pambagio. “Untuk korporasi memang idealnya IPO. Bagi publik lebih transparan sehingga bisa tahu perkembangan perusahaan, siapa yang jual dan siapa yang beli, termasuk aksi korporasinya,” terang Agus.
Menurut Agus Pambagio, apapun mekanisme yang digunakan, yang terpenting sesuai aturan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat Indonesia. “Jika aturannya belum ada, pemerintah harus membuatnya terlebih dahulu,” tuturnya.
Agus mengakui, IPO merupakan mekanisme yang ideal bagi divestasi PT FI. Tapi, apapun mekanismenya, yang terpenting aturannya harus ada. Jangan sampai pemerintah menawarkan kebijakan tanpa dasar hukum yang jelas. Freeport McMoran, induk Freeport Indonesia, juga merupakan perusahaan terbuka di AS, tegas Agus.
Agus menambahkan, untuk menjadi perusahaan terbuka, sejumlah syarat harus dipenuhi Freeport Indonesia. Divestasi dengan cara penawaran biasa tujuannya memang bagus, yakni agar saham Freeport dimiliki perusahaan nasional. “Namun, mekanisme itu juga tidak menutup kemungkinan terjadinya ‘akal-akalan’. Banyak kejadian akhirnya saham itu dijual ke pihak lain,” papar Agus.
Sementara itu, analis NH Korindo Securities Reza Priyambada menegaskan, terkait dengan IPO PT FI ini yang terpenting adalah bagaimana memperhatikan investor lokal dan ritel. Bagi pasar, penting untuk melihat likuiditas saham tersebut. “Jadi, tergantung penyerapannya seperti apa. Kalau yang menyerapnya investor publik, tentu dampaknya akan baik,” tegas Reza.
Reza menjelaskan, prospek saham Freeport Indonesia – andai saham divestasinya lewat IPO – tergantung kinerja yang dihasilkan perusahaan tambang tersebut. Selama ini, investor belum tahu kondisi keuangan PT FI. “Boleh dikatakan, investor tidak tahu detailnya. Maka harus ada keterbukaan informasi dari PT FI bagaimana kinerja keuangan, bagaimana cara mereka menghadapi aturan-aturan pemerintah, dan bagaimana menyelesaikan konflik di lokasi pertambangan,” papar Reza.
Pada opsi lainnya, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) Rini Soewaro telah memberikan persetujuan kepada PT Aneka Tambang dan PT Inalum untuk membeli saham Divestasi PT FI tersebut sebesar divestasi yang ditawarkan.
Sementara Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli mengatakan pada forum diskusi di Jakarta, bahwa penawaran saham PT FI terlalu mahal. Sementara harga saham Freeport-McMoran Copper & Gold Inc yang merupakan perusahaan induk PT FI beberapa tahun lalu senilai 60 dolar AS per lembar dan turun 30 dolar AS per lembar. Bahkan merosot lagi menjadi 15 dolar AS per lembar setelah salah investasi di Teluk Meksiko.
“Kemudian enggak mampu menyelesaikan masalah dengan pemerintah Indonesia, harga sahamnya terus turun hingga di bawah 6 dolar AS per saham. Jadi ngapain beli saham anak perusahaan super mahal demikian,” tutur Rizal.
Ketua Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI), Arif Zardi Dahlius, sepakat dengan Rizal Ramli mengenai harga saham PT FI yang ditawarkan terlalu tinggi. Bahkan Zaldi meminta harga khusus kepada PT FI. Jika tetap diberlakukan harga normal, Zaldi berharap pemerintah bisa mengambil sikap tegas untuk menolak dan juga tidak perlu perpanjangan kontrak.
Zaldi melanjutkan, bahwa PT FI harus transparan dengan cadangan, Dalam beberapa forum yang diselenggarakan Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI), FI konsisten memberikan statement bahwa PT FI Ore Reserve (status 31 Desember 2014) adalah 2,268,726 K Tonnes, @ 1.02% tembaga, @ 0.83g/ton emas dan 4.32g/ton perak. Setelah dikonversikan dengan mill recoveries, gold contained dari FI adalah 39,7 juta Oz Au dan copper contained 43.380 juta pounds Cu. Tetapi kalau kita lihat dalam laporan “FCX Reserve” ditulis cadangan Freeport Indonesia per 31 Desember 2014 adalah 29.0 milyar pounds tembaga dan 28,2 juta Oz emas, tegas Zaldi
“Apakah cadangan yang di release oleh FCX hanya “porsi” mereka saja, mengingat 40% kepemilikan Freeport Indonesia adalah Rio Tinto. Kemudian yang dihitung dalam divestasi 10,64% itu FI keseluruhan atau bagian dari FI saja? Ini perlu transparansi PT FI,” ujar Zaldi. Albarsah