JAKARTA — Harga jual garam krosok atau kasar masih rendah. Belum mampu mengangkat taraf perekonomian petambak garam di Madura. Produk yang berlimpah menyebabkan harga garam menjadi murah.
“Karenanya, penguasaan teknologi dan manajemen usaha garam rakyat, sangat dibutuhkan untuk mengangkat dayasaing petambak garam,” kata Direktur Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistiyo, di Jakarta, Jumat (21/2).
Hal itu diungkapkan dalam Temu Media bertema ‘Membangun Industri Garam Nasional Berbasis Inovasi’ yang diadakan Masyarakat Penulis Iptek (Mapiptek), bekerjasama dengan Balitbang Kelautan Perikanan dan Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Karenanya, pada 2009, peneliti dan perekayasa Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, berhasil membuat paket teknologi Pemurnian Garam secara mekanis.
Peralatan ini mampu meningkatkan kandungan NaCl pada garam krosok atau kasar dengan kisaran nilai 88 persen, menjadi garam halus dengan tingkat kelembutan butiran garam dua milimeter serta kandungan NaCl lebih dari 94 persen.
“Kemampuan produksi teknologi tersebut mencapai dua ton per hari dan memberi nilai tambah Rp500 hingga Rp1.000 per kilogramnya,” katanya.
Teknologi ini baru diterapkan di 18 titik di Tanah Air, seperti seperti Cirebon, Demak, Indramayu dan lainnya, sejak diterapkan bertahap sejak 2010. Terdiri dari lima sub-sistem utama yaitu penghancuran butiran garam krosok, pencucian, pengeringan, penambahan unsur yodium, dan pengemasan menjadi garam meja.
Proses teknologi itu diawali dengan penghancuran butiran garam krosok menjadi garam lembut. Lalu dicuci dengan air yang telah dituakan. Proses ini berfungsi memisahkan kotoran ikutan garam krosok.
Hasil cucian dikeringkan dengan mesin peniris, kemudian dikeringkan. Butiran garam itu selanjutnya diproses dalam penyemprot yodium lalu dikemas. “Teknologi pemurnian garam ini salah satu langkah mempersiapkan industrialisasi garam rakyat,” tambah dia.
Sayangnya, harga paketnya masih mahal, yakni Rp280 juta. Diharapkan nanti dibuat massal, sehingga harganya jadi lebih murah. (tety)