Jakarta, Technology-Indonesia.com – Ditengah banyaknya stigma negatif masyarakat terhadap nuklir, perkembangan pemanfaatan iptek nuklir terus berkembang dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, peran Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dalam pemanfaatan iptek nuklir untuk kesejahtaraan masyarakat ini diwujudkan dengan menghasilkan berbagai senyawa bertanda yang bermanfaat di dunia kesehatan.
Senyawa bertanda atau sering disebut dengan labeled compound ini menurut peneliti Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Batan, Isti Daruwati dapat berupa senyawa kimia atau bahan obat yang diberi unsur radioaktif. “Senyawa ini kemudian direaksikan dengan suatu unsur radioaktif, sehingga senyawa yang semula tidak radioaktif menjadi senyawa yang mengandung unsur radioaktif,” ujar Isti.
Isti mengungkapkan, mengikatkan unsur radioaktif dengan senyawa kimia atau bahan obat tadi dilakukan dengan mekanisme reaksi kimia yang tidak rumit. Senyawa yang telah ditandai dengan radioaktif ini banyak dimanfaatkan di berbagai kegiatan seperti di bidang industri sebagai perunut atau tracer dan di bidang kesehatan untuk mendeteksi atau terapi penyakit kanker.
Seiring perkembangan di dunia kedokteran, kebutuhan terhadap senyawa bertanda sebagai diagnosis atau terapi semakin besar. Untuk itu Batan menggandeng beberapa pihak untuk bekerja sama dalam pemanfaatan teknologi nuklir khususnya di bidang kesehatan.
“PSTNT Batan telah bekerja sama dengan fakultas farmasi Unpad dalam mengembangkan senyawa bahan alam yaitu mangostin yang ditandai dengan iodium-131. Mangostin ini merupakan isolat dari kulit manggis yang telah dikenal lama sebagai obat kanker namun perlu dibuktikan secara ilmiah terlebih dahulu,” tambahnya.
Untuk menguji apakah senyawa tersebut bekerja sesuai dengan yang diharapkan maka perlu dilakukan percobaan dengan menyuntikkannya ke dalam tubuh hewan percobaan yakni tikus atau mencit putih yang menderita kanker. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah senyawa tersebut bergerak ke target sel kanker atau tidak.
“Dengan adanya unsur radioaktif dari bahan alam ini, maka akan memudahkan para peneliti dalam menentukan potensi bahan alam tersebut sebagai obat kanker,” tuturnya.
Pemanfaatan senyawa bertanda juga dilakukan dengan fakultas kedokteran gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) melalui pengembangan nanopartikel untuk implan pada kasus cabut gigi. Dalam hal ini, senyawa bertanda digunakan untuk mengetahui efek penyembuhan dari implant yang dimasukkan kedalam gusi.
Dijelaskan Isti, senyawa bertanda yang digunakan adalah Teknesium (99mTc-siprofloksasin) yaitu senyawa bertanda untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam tubuh. “Senyawa bertanda 99mTc-siprofloksasin disuntikkan melalui ekor tikus putih yang telah mendapat perlakuan berupa implantasi nanopartikel di gusi. Apabila kondisi penyembuhan pada gusi berangsur baik, maka akan terjadi penurunan akumulasi 99mTc-siprofloksasin dalam gusi tersebut,” jelasnya
Selain dengan Unpad, kerjasama riset pemanfaatan senyawa bertanda terkait penemuan atau pengembangan obat baru juga dilakukan dengan Biotek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Biologi LIPI, dan Kementerian Kesehatan. Pemanfaatan teknik nuklir ini juga telah menyentuh perusahaan farmasi seperti Kalbe Farma, Dexa Medica, dan Dankos
Kepala PSTNT, Jupiter Sitorus Pane mengatakan perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap senyawa bertanda khususnya di bidang kesehatan terus meningkat, dan diharapkan kebutuhan ini dapat dipasok oleh reaktor TRIGA 2000. Pengembangan beberapa radioisotop baru juga perlu ditingkatkan dalam rangka pengembangan senyawa bertanda sesuai dengan permintaan masyarakat.
Pengenalan senyawa bertanda kepada masyarakat, tutur Jupiter, harus terus ditingkatkan melalui berbagai program sosialisasi. “Banyak masyarakat yang masih alergi mendengar kata nuklir, yang menurutnya itu membahayakan. Untuk mengatasi hal itu, PSTNT terus berupaya meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, salah satu contohnya menerima kunjungan dari masyarakat umum,” tambah Jupiter.
Selain itu, Sinergitas dengan lembaga litbang lain atau universitas harus ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap manfaat senyawa bertanda.
“Senyawa bertanda ini merupakan suatu terobosan dalam pengujian atau diagnosis karena sifatnya yang dapat memperpendek waktu pengujian dan hasilnya pun lebih akurat. Karena itu prospek pemanfaatan senyawa bertanda kedepannya akan sangat ditentukan oleh perkembangan riset yang menggunakan senyawa bertanda di Indonesia,” pungkasnya.