Observatorium Nasional Gunung Timau, Ikon Baru NTT

TechnologyIndonesia.id – Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amarulla Octavian meninjau kesiapan Observatorium Nasional Gunung Timau di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Tim (NTT) pada Kamis (22/8/2024).

Observatorium yang berlokasi di Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, ini menempati lahan seluas 34,87 hektare dan direncanakan menjadi bagian dari Kawasan Taman Nasional Hutan Gunung Timau seluas lebih dari 68 ribu hektare.

Amarulla berharap hasil riset Observatorium Nasional Gunung Timau bisa memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Terutama dalam prediksi cuaca dan iklim, serta mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga ruang angkasa dari sampah antariksa.

Selain menjadi pusat riset, observatorium ini juga diharapkan dapat menjadi destinasi wisata dan ikon baru NTT yang akan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap antariksa dan memperkuat rasa nasionalisme.

Kunjungan ini dilakukan untuk membahas rencana kegiatan riset Observasi Langit Selatan dan Antariksa di Gunung Timau serta memastikan kesiapan fasilitas observatorium tersebut.

“Dengan demikian, Observatorium Nasional Gunung Timau tidak hanya menjadi kebanggaan BRIN, tetapi juga masyarakat Kupang dan seluruh NTT,” ujarnya.

Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging menjelaskan, BRIN sedang membangun observatorium antariksa baru di Pulau Timor Provinsi NTT, dan diharapkan dapat memperkuat riset antariksa Indonesia.

Fasilitas ini terletak di Gunung Timau, dengan pengukuran seeing saat ini mencapai 1,2 detik busur dalam median, terendah mencapai 0,6 detik busur.

“Lokasi yang unik, sedikit ke Selatan Katulistiwa, iklim yang cenderung kering, dilengkapi dengan kamera pada jendela optik dan NIR. Kita siap mempelajari baik studi Galaksi Bima Sakti, dengan massa udara cenderung rendah, waktu pengamatan panjang, dan bisa membuka peluang studi antariksa yang lebih luas,” ungkapnya.

Menurutnya, teleskop dapat dimanfaatkan untuk pengamatan tindak lanjut fenomena transien seperti supernova, flare, dan sebagainya. Pengamatan karakterisasi objek dekat Bumi yaitu asteroid/komet, pencarian planet luar surya, hingga studi materi gelap pada galaksi.

Sementara itu Sandi Sufiandi, Koordinator Pelaksana Fungsi pada Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inoavsi BRIN menjelaskan, perubahan status kawasan ini akan membuka peluang untuk pemanfaatan yang lebih luas. Termasuk potensi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pariwisata dan kerja sama dengan pemerintah pusat.

Thobias A Messakh dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang menambahkan, jalur tengah Amfoang merupakan jalur strategis yang akan menjadi daya tarik pariwisata. Didukung oleh kehadiran Observatorium Nasional Timau sebagai magnet baru bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan langit dan antariksa.

Abdul Rachman, Penanggungjawab Kawasan BRIN NTT memaparkan, pembangunan Observatorium Nasional sudah hampir selesai, dengan fasilitas gedung mencapai 95%, dan kesiapan teleskop mencapai 55%.

“Teleskop utama, akan menjadi teleskop terbesar di Asia Tenggara memiliki diameter 3,8 meter, sudah dalam proses pemasangan. Observatorium ini juga dilengkapi dengan infrastruktur pendukung seperti listrik, air, internet berkecepatan 10 Mbps, serta wisma di Gedung Apollos yang saat ini masih direnovasi,” tambahnya.

Selain itu, lanjut Abdul Rachman, observatorium nasional ini juga akan digunakan untuk mendukung program pendidikan dan penelitian oleh 58 Perguruan Tinggi Swasta di bawah Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XV Kupang.

Ros Hayati Rusna dari LLDIKTI Wilayah XV Kupang menegaskan, observatorium ini akan menjadi fasilitas penting dalam peningkatan mutu layanan pendidikan di wilayahnya, serta akan dikolaborasikan dengan LLDIKTI wilayah lainnya untuk pemanfaatan observatorium sebagai langkah awal peningkatan kualitas pendidikan.

Samuel Igo Leton, Wakil Rektor I Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) menyatakan, observatorium ini akan membuka peluang kerja sama dalam bidang studi fisika, pertanian, dan teknologi pangan, yang akan mendukung pengembangan program studi di universitas tersebut. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author