Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau perkembangan musim kemarau hingga tanggal 20 Juli 2020 atau dasarian kedua Juli ini. Dari 342 daerah ZOM di Indonesia, sebanyak 69% ZOM telah memasuki musim kemarau seiring dominannya sirkulasi angin Monsun Australia yang bersifat kering yang bertiup dari arah Timur – Tenggara.
Daerah-daerah yang telah memasuki musim kemarau adalah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Barat, pesisir utara Banten, DKI, Sumatera Selatan bagian timur, Jambi bagian timur, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Utara, pesisir timur Aceh, Kalimantan Tengah bagian selatan, Kalimantan Timur bagian timur, Kalimantan Selatan bagian utara, Sulawesi Barat bagian selatan, Pesisir selatan Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara bagian utara, Maluku bagian barat, Papua Barat bagian timur, dan Papua bagian utara dan selatan.
Dari wilayah-wilayah yang telah memasuki musim kemarau tersebut, 31% ZOM telah mengalami kondisi kering secara meteorologis berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) atau deret hari kering yang bervariasi antara 21 sampai 30 hari, 31 sampai 60 hari, dan diatas 61 hari.
Wilayah yang sudah mengalami deret hari kering lebih dari 30 hari (sebulan) antara lain: Bali (Bangli, Buleleng, Karangasem, Klungkung, dan Denpasar), Yogyakarta (Bantul, Gunung Kidul, Yogyakarta, Kulonprogo, dan Sleman), Jawa Tengah (Karanganyar, Kebumen, Klaten, Purworejo, Sukoharjo, dan Wonogiri), Jawa Timur (Bangkalan, Banyuwangi, Bondowoso, Gresik, Jember, Kota Surabaya, Lamongan, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo, Sampang, Sidoarjo, dan Situbondo), Nusa Tenggara Barat (Bima, Kota Bima, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa, dan Sumbawa Barat), Nusa Tenggara TImur (Alor, Ende, Flores Timur, Kupang, Lembata, Manggarai Barat, Nagekeo, Ngada, Rote Ndao, Sikka, Sumba Barat Daya, Sumba Timur, dan Timor Tengah Utara), dan Sulawesi Selatan (Kepulauan Selayar)
Sementara itu daerah-daerah yang telah mengalami deret hari kering lebih dari dari 60 hari (2 bulan), yaitu Nusa Tenggara Timur (Belu, Kota Kupang, dan Timor Tengah Selatan) dan Nusa Tenggara Barat (Dompu).
Berdasarkan perkembangan kondisi kering tersebut, ditambah dengan prediksi peluang curah hujan rendah untuk 2 dasarian ke depan, BMKG mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis yang disampaikan ke Pemerintah Daerah dan Kementerian/Lembaga terkait.
Surat Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis yang dikeluarkan Deputi Klimatologi BMKG pada 24 Juli 2020 memuat 3 Kabupaten/Kota di NTT dan 1 Kabupaten di NTB yang mendapatkan status AWAS (kode merah) kekeringan meteorologis. Daerah tersebut adalah Kota Kupang, Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Dompu. Selain itu, 58 Kabupaten/Kota juga tersebut berstatus SIAGA (kode oranye) yang tersebar di Provinsi NTT, NTB, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY dan Sulawesi Selatan.
Potensi Banjir
Meskipun wilayah bagian selatan Indonesia yang tengah mengalami musim kemarau perlu mewaspadai potensi kekeringan meteorologis, daerah yang tidak atau belum termasuk mengalami musim kemarau, terutama dekat ekuator, perlu mewaspadai adanya potensi curah hujan dengan kriteria Tinggi hingga Sangat Tinggi yang dapat berisiko banjir.
Berdasarkan prakiraan curah hujan probabilistik BMKG yang di-overlay-kan pada peta daerah rawan banjir yang dibuat Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pada dasarian ketiga Juli ini beberapa wilayah berpotensi memiliki potensi banjir dengan peluang kategori ‘tinggi’ yaitu sebagian Sulawesi Tengah dan Papua.
Sementara potensi banjir dengan peluang kategori ‘menengah’ terdapat di sebagian Aceh, Sumatera Utara Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.