TechnologyIndonesia.id – Sayur Babanci, kuliner tradisional khas Betawi semakin langka akibat sulitnya memperoleh bahan baku bumbu seperti Usnea spp. (lumut kerak). Rempah ini dikenal dengan berbagai nama seperti ‘tai angin’ atau ‘janggot kai’, dan ‘kayu angin’.
Lumut ini telah lama digunakan dalam masakan tradisional, tetapi ketersediaannya semakin terbatas. Selain itu, keberadaan kuliner tradisional kini mulai tergerus oleh modernisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat.
Di Indonesia, terdapat sekitar 512 jenis Usnea spp., terutama di Pulau Jawa. Selain sebagai bumbu, lumut ini juga berpotensi sebagai pewarna alami, antibiotik, hingga obat herbal. Sayangnya, penelitian mengenai pemanfaatannya dalam kuliner masih sangat terbatas.
Karena itu, eksplorasi lebih lanjut diperlukan untuk menggali potensi Usnea spp., baik dalam pengembangan makanan fungsional maupun sebagai bahan baku obat tradisional.
Untuk mendukung riset ini, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) BRIN bekerja sama dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia (UKI) melalui penelitian bertajuk “Pengungkapan dan Pemanfaatan Keanekaragaman Rempah (Usnea spp.) Berbasis Masyarakat Lokal Suku Betawi”.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian secara virtual pada Rabu (26/03/2025). Kerja sama ini bertujuan membangun jejaring riset antara BRIN dan UKI untuk mengungkap keanekaragaman Usnea spp. sebagai bahan pangan, obat, dan kosmetika tradisional.
Selain itu, penelitian ini juga akan mengidentifikasi jenis-jenis potensial, menganalisis morfologi, serta memahami ekologi dan populasi Usnea spp. di Jawa, guna mendukung pelestarian bahan pangan berbasis kearifan lokal dan membuka peluang eksplorasi lebih lanjut.
Kepala PREE BRIN, Asep Hidayat mengungkapkan bahwa kerja sama ini yang akan berlangsung hingga Maret 2028.
“Penelitian ini sejalan dengan mandat PREE dalam riset inovasi di bidang etnobiologi, terutama dalam pemanfaatan sumber daya hayati , baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk bioprospeksi,” ujar Asep.
Pengungkapan dan pemanfaatan keanekaragaman rempah ini merupakan topik yang sangat menarik. Sebagai langkah awal, tim telah menyusun proposal riset untuk diajukan dalam skema pendanaan yang tersedia.
“Kami berharap kegiatan ini dapat berjalan sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan menghasilkan inovasi berbasis riset,” tambahnya.
Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Kerdid Simbolon menyampaikan apresiasi kepada BRIN atas dukungan dan kerja sama yang telah terjalin, khususnya dalam bidang riset.
“Kami sangat menghargai kesempatan yang diberikan kepada dosen-dosen kami untuk terlibat dalam penelitian bersama BRIN, baik secara langsung maupun melalui kolaborasi akademik,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kerja sama ini memberikan manfaat besar bagi pengembangan keilmuan di fakultasnya.
Pihaknya berharap kolaborasi ini tidak hanya terbatas pada Program Studi Pendidikan Biologi, tetapi juga dapat diperluas ke program studi lainnya serta membangun koneksi yang lebih kuat antara pemikiran dan riset yang berkembang di BRIN dengan bidang keilmuan yang kami tekuni.
“Dengan begitu, riset yang dilakukan dapat semakin memperkaya wawasan akademik, mendukung pengembangan fakultas, dan berkontribusi pada kemajuan Universitas Kristen Indonesia secara keseluruhan,” ungkapnya.
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKI, Sunarto menekankan pentingnya melakukan riset mengenai lingkungan dan biodiversitas berbasis kearifan lokal.
“Kami telah lama meneliti rempah-rempah dan obat tradisional dari Sumatera hingga Merauke. Keberhasilan akreditasi ini juga merupakan hasil kerja sama semua pihak. Dengan adanya kerja sama ini, kami berharap riset semakin berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas,” jelasnya.
Lebih dari sekadar melestarikan kuliner Betawi, riset ini membuka peluang inovasi dan penemuan yang bermanfaat bagi masyarakat di bidang pangan fungsional dan obat tradisional berbasis rempah lokal. (Sumber brin.go.id)
Potensi Lumut Kerak dalam Sayur Babanci, Kuliner Khas Betawi
