TechnologyIndonesia.id – Teluk Kendari berada di kota Kendari terkenal sangat produktif. Selain sebagai tempat pembibitan spesies ikan lokal, berbagai aktivitas terlihat di Teluk Kendari diantaranya sebagai pelabuhan, penambangan pasir, dan penambangan nikel di area hulu.
Pada tahun 2003 kedalaman maksimal dari Teluk Kendari mencapai 23 meter. Namun pada 2021 kedalamannya menyusut menjadi sekitar 5-10 meter. Hal ini dikarenakan adanya pendangkalan yang disebabkan proses sedimentasi. Dalam periode 2006-2010 telah mencapai 110.000 m3/tahun.
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PR LSDA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Aisyah menjelaskan hal tersebut dalam seri Webinar PRLSDA #48 yang bertajuk “Karakteristik Sorpsi Fosfat di Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara” pada Kamis (2/5/2024).
Dalam paparannya Siti menyampaikan sedimen menjadi reservoir sebagai kontaminan dan bahan organik lainnya. Salah satu kontaminan yang dapat mengganggu ekosistem perairan di Teluk Kendari yaitu senyawa fosfor terlarut atau fosfor reaktif terlarut (soluble reactive phosphorus, SRP).
Hasil penelitian dari ortofosfat di Teluk Kendari pada tahun 2013 oleh Irawati menunjukkan konsentrasi 0,02‒0,15 mg/L. Begitu pula hasil penelitian Asriyana dan Irawati pada tahun 2019 menunjukkan konsentrasi sekitar 0,01-0,26 mg/L.
“Ion fosfat ini mudah sekali mengalami imobilisasi oleh tanah membentuk suatu agregat yang lebih besar dan akan terbawa ke perairan teluk kendari dan akhirnya akan mengendap ke dasar perairan,” terang Siti.
Ia menjabarkan bentuk P partikulat, seperti detrital fosfat, terkubur secara pasif begitu berada di antarmuka sedimen-air, sementara partikel yang lebih reaktif akan mengalami transformasi lebih lanjut.
Dalam kondisi anaerobik, POP akan diubah menjadi fosforus organik terlarut (Dissolved Organic Phosphorus/DOP) dan fosforus reaktif terlarut (Soluble Reactive Phosphorus, SRP) atau ortofosfat. DOP yang terbentuk dimanfaatkan oleh organisme akuatik.
Sebagian ion ortofosfat lanjut Siti, akan berikatan dengan besi (III) dalam kondisi aerobik. Pada kondisi yang abnormal ion fosfat tersebut dari sedimen akan terlepas dari ikatan dan terlepas ke kolom air melalui proses desorpsi.
“Mekanisme adsorpsi-desorpsi tersebut dipengaruhi oleh ; pH, oksigen terlarut, salinitas, ukuran partikel, kandungan bahan organik, dan bentuk dari fosfor,’’ rincinya lagi.
Menurutnya kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik adsorpsi-desorpsi fosfat pada sedimen Teluk Kendari, mempelajari hubungan kapasitas adsorpsi dengan karakteristik sedimen, dan mengevaluasi potensi kontribusinya terhadap kolom air di atasnya.
Dalam penelitiannya Siti dan kawan-kawan melakukan beberapa metode seperti survey lapangan dan eksperimen di laboratorium, pengambilan sedimen permukaan, dan analisis dan eksperimen.
‘’Kami juga melakukan analisis gugus fungsi sedimen yaitu untuk mengetahui senyawa apa saja yang terdapat di dalam sedimen tersebut,” sebut Siti.
Dirinya mengungkapkan bahwa dari hasil karakterisasi sampel sedimen, diketahui bahwa sedimen Teluk Kendari mengandung tekstur lumpur yang sangat tinggi yaitu mencapai hampir 80%.
Sedimen Teluk Kendari juga memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi hingga mencapai hampir 70%, juga kandungan logam besi (Fe) yang tinggi mencapai 9 mg/g.
Fraksinasi fosfor menunjukkan bahwa fosfor terikat kalsium memiliki konsentrasi yang paling tinggi disusul dengan fosfor terikat Fe.
Sedangkan dari hasil eksperimen adsorpsi-desorpsi didapatkan bahwa model persamaan kinetic mengikuti orde kedua semu dan model adsorpsi isothermal mengikuti persamaan Langmuir. Nilai koefisien regresi kapasitas adsorpsi lebih tinggi dibandingkan nilai koefiesien regresi kapasitas desorpsi.
Dari persamaan model Langmuir juga dihasilkan nilai konsentrasi fosfat pada kesetimbangan (EPC0) yang lebih tinggi dibandingkan nilai konsentrasi ion fosfat hasil analisis.
Dari penelitian ini Siti menyimpulkan, karakteristik sorpsi sedimen Teluk Kendari mengikuti persamaan model kinetika orde-kedua-semu dan isothermal adsorpsi mengikuti persamaan model Langmuir.
‘’Artinya, model ini menggambarkan bahwa kapasitas sorpsi sebanding dengan jumlah sisi aktif yang ditempati oleh ion fosfat dan adsorpsi maksimum terjadi pada satu lapisan permukaan sedimen (monolayer) yang terdistribusi secara homogen,” jelasnya.
“Proses sorpsi ini terjadi karena interaksi kimia (chemisorption). Sedimen Teluk Kendari lebih kuat menyerap (adsorpsi) dibandingkan melepaskan (desorpsi) ion fosfat,’’ pungkas Siti (Sumber brin.go.id)
Peneliti BRIN Ungkap Penyebab Menyusutnya Kedalaman Teluk Kendari
