Jakarta, Technology-Indonesia.com – Perhatian terhadap air limbah rumah tangga atau grey water merupakan salah satu isu penting terkait penyelamatan lingkungan. Karena itu, riset limbah rumah tangga sangat diperlukan sebagai kajian terhadap masalah lingkungan.
“Grey water atau air buangan rumah tangga merupakan kunci dari penyelamatan lingkungan. Hal itu karena sekitar 90% dari limbah rumah tangga merupakan grey water,” ungkap Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber daya Air (PRLSDA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hidayat saat mengawali webinar PRLSDA seri ke-28 pada Kamis (11/5/2023).
Webinar ini mengusung topik Ammonium Removal and Recovery from Greywater Using the Combination of Ion Exchange and air Stripping.
Menurut Hidayat, kombinasi pertukaran ion dari zeolit alami dan pengupasan udara (air stripping) serta pemulihan amonium pada limbah perairan merupakan bagian riset yang menarik untuk diteliti. Karena itu, pihaknya mencoba mengangkat topik tersebut sebagai salah satu solusi dalam masalah lingkungan.
Peneliti dari Kelompok Riset Dinamika Pencemaran dan Ekoremediasi Pencemaran Perairan Darat PRLSDA BRIN, Miratul Maghfirah telah mengembangkan sistem gabungan untuk menghilangkan dan pemulihan amonium menggunakan pertukaran ion dan pengupasan udara, melalui penekanan utama orisinalitas pada penggunaan reaktor semprotan air dengan tidak ada penyesuaian pH dan suhu operasional.
“Kebaruan dari hasil riset yaitu memperkenalkan pemasangan reaktor semprotan air yang baru dikembangkan untuk dikombinasikan dalam sistem pertukaran ion,” ungkap Miratul.
Ia juga menjelaskan mengenai inovasi dalam riset ini salah satunya penggunaan bahan kimia yang efisien untuk regenerasi (desorpsi) dengan NaOH.
Selain itu, penggunaan konsumsi udara yang efisien dengan efisiensi penyisihan amonia yang tinggi menggunakan reaktor semprotan air yang baru dikembangkan. Sehingga tidak ada penyesuaian pH dan suhu selama pengupasan amonia di udara.
“Hal ini membuat hemat biaya untuk biaya bahan kimia yang digunakan dalam fase regenerasi,” papar perempuan kelahiran Jember 38 tahun lalu.
Dijelaskan Mira, kombinasi pertukaran ion dan pengupasan udara seperti yang dipelajari dalam risetnya menunjukkan perkembangan yang lebih baik.
“Penelitian ini tidak hanya mengedepankan pendekatan ramah lingkungan karena penggunaan bahan kimia dan air yang berkelanjutan, tetapi juga mempertimbangkan manfaat ekonomi yang tercermin dari efektivitas biaya operasional untuk pengadaan bahan kimia,” jelas peneliti yang telah menghasilkan dua paten selama studi di Korea Selatan.
Dalam paparannya, Mira menerangkan bahwa meskipun penggunaan teknologi zeolite alami memiliki sisi keunggulan, salah satu kendala dalam penggunaan zeolite adalah perlunya proses peremajaan atau regenerasi ketika zeolit telah saturasi. Proses peremajaan zeolite umumnya menggunakan metode kimia di mana sodium klorida dipreparasi dalam jumlah yang tidak sedikit untuk mendapatkan >90% efisiensi desorpsi.
“Tentu saja hal ini dipandang kurang mengutamakan konsep sustainabilitas penggunaaan bahan kimia dan air. Karena itu, kombinasi dengan air stripping diharapkan dapat mengatasi permasalahan untuk regenerasi zeolit,” sebutnya.
Pada akhir paparannya, Peneliti Ahli Muda BRIN ini menyampaikan bahwa kombinasi pertukaran ion melalui zeolit alam dan pengupasan udara untuk penghilangan dan pemulihan amonium memungkinkan kemudahan pengoperasian dalam hal pemantauan pH dan suhu.
Hal ini membuka peluang yang luas untuk penerapan di area dengan suhu hangat seperti Indonesia yang juga memiliki potensi zeolit alam yang melimpah.
Webinar yang digelar oleh Pusat Riset Limnologi dan Sumber daya Air (PRLSDA) Organisasi Riset Maritim dan Kebumian ini dihadiri oleh lebih dari 70 peserta secara online yang dimoderatori oleh Dr. Evi Susanti.