Indonesia Kini Miliki 10 Cagar Biosfer

keindahan laut di taka bonerate (foto: tntakabonerate.com)
keindahan laut di taka bonerate (foto: tntakabonerate.com)

Indonesia resmi memiliki dua cagar biosfer baru yaitu Cagar Biosfer Bromo Tengger Semeru-Arjuna, Jawa Timur dan Cagar Biosfer Taka Bonerate-Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Dua cagar biosfer ini dikukuhkan dalam sidang International Coordinating Council (ICC) Man and the Biosphere (MAB) United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) ke-27 di Paris, Perancis pada 8-13 Juni 2015.

Dengan pengakuan dua cagar biosfer baru, Indonesia kini memiliki sepuluh cagar biosfer yang menjadi bagian dari World Network of Biosphere Reserves. Delapan cagar biosfer lainnya adalah Cagar Biosfer Cibodas, Cagar Biosfer Komodo, Cagar Biosfer Tanjung Putting, Cagar Biosger Lore Lindu, Cagar Biosfer Pulau Siberut, Cagar Biosfer Gunung Leuser, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu, dan Cagar Biosfer Wakatobi.

Pembangunan dan pengembangan cagar biosfer merupakan sarana untuk melaksanakan komitmen Indonesia dalam melaksanakan konvensi terkait lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim. Penetapan kedua Cagar Biosfer itu merupakan bentuk kepedulian Indonesia akan pentingnya keberlanjutan kehidupan umat manusia di tengah kemerosotan kualitas ekosistem.

“Kemerosotan ini akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan dan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu penetapan cagar biosfer baru Indonesia ini patut diapresiasi,” ujar Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Enny Sudharmonowati.

Dikukuhkannya dua cagar biosfer baru ini dimotori LIPI sebagai Ketua Komite Nasional MAB Program UNESCO Indonesia. Dalam program ini, LIPI bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemprov Jawa Timur, dan Pemkab Kepulauan Selayar.

Penetapan cagar biosfer ditujukan untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal.

Dua cagar biosfer baru ini ditetapkan bersamaan dengan pengukuhan 16 cagar biosfer lain dari berbagai negara seperti Argentina, Bolivia, Ethiopia, Honduras, Iran, Itali, Kazakhstan, Mexico, Myanmar, Afrika Selatan, Spanyol, Portugal, dan Vietnam.

Konsep cagar biosfer telah digagas UNESCO sejak 1971. Hingga saat ini jumlahnya mencapai 467 kawasan di 120 negara. Cagar biosfer menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan, melalui kemitraan antara manusia dan alam.

“Cagar biosfer merupakan kawasan ideal untuk menguji dan mendemonstrasikan pendekatan-pendekatan yang mengarah kepada pembangunan berkelanjutan pada tingkat regional. Indonesia memiliki peluang besar dalam hal ini,” pungkas Enny.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author