Bunga Bangkai Amorphophallus titanum Mekar Sempurna di Kebun Raya Bogor

Bogor, Technology-Indonesia.com – Sebuah bunga bangkai (Amorphophallus titanum) mekar sempurna dengan ketinggian 194 cm di Kebun Raya Bogor (KRB) pada Sabtu (4/1/2020). Pengunjung KRB bisa mengabadikan peristiwa langka itu dalam waktu sepekan karena mekarnya bunga bangkai akan layu setelah tujuh hari.

Bunga bangkai merupakan tumbuhan asli Indonesia. Populasinya hanya ditemukan di hutan-hutan Sumatera. Saat ini habitatnya di alam banyak mendapat tekanan dan gangguan dari pengambilan ilegal di hutan, kerusakan habitat, dan penurunan jumlah serangga penyerbuk serta binatang penebar biji.

Amorphophallus titanum masuk dalam kategori tumbuhan langka berdasarkan klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan keberadaannya dilindungi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Penelitian yang dilakukan Poerba dan Yuzammi pada 2008 menyebutkan bahwa kelestariannya memerlukan bantuan manusia dalam bentuk pembibitan massal dan cepat, misalnya kultur jaringan, dan diikuti reintroduksi di alam.

Karena itu, kegiatan konservasi dan penelitian yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya berperan penting dalam mengupayakan pembudidayaan bunga bangkai untuk pemanfaatan berkelanjutan dan lestari.

Bunga bangkai termasuk suku talas-talasan (Araceae) sehingga memiliki umbi. Umbinya juga berukuran raksasa, beratnya dapat mencapai 117 kilogram. “Umbi dari individu yang akan mekar ini diperoleh dari kerjasama LIPI dengan Kebun Raya Liwa, Lampung,” ujar Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, R. Hendrian di KRB pada Sabtu (4/1/2020).

Konservasi jenis-jenis tumbuhan terancam di Indonesia akan menjadi salah satu fokus utama kegiatan penelitian LIPI di tahun ini. Fasilitas penelitian di KRB juga terus dioptimalisasi dan direvitalisasi.

“Beberapa kegiatan eksplorasi juga akan dilakukan untuk meningkatkan secara signifikan jumlah jenis tumbuhan terancam yang terkonservasi secara ex-situ di Kebun Raya Indonesia,” terangnya.

Peneliti bunga bangkai Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, Dian Latifah menjelaskan Amorphophallus titanum berbeda dengan Rafflesia meski keduanya dikenal masyarakat dengan sebutan bunga bangkai. “Rafflesia merupakan tumbuhan parasit dengan pohon inang Tetrastigma spp. atau anggur hutan,” terangnya.

Menurutnya, bunga bangkai yang mekar saat ini berasal dari umbi berukuran 12,8 kg sehingga ketinggiannya dibawah 2 meter. Dari kuncup hingga mekar sempurna membutuhkan waktu sekitar 54 hari, kemudian akan layu dalam waktu tujuh hari.

Amorphophallus titanium, lanjutnya, memiliki fase daun dan fase bunga yang tidak bersamaan. “Fase daun dapat mencapai satu sampai dua tahun. Setelah itu umbi akan memasuki masa istirahat atau dorman yang bisa lebih dari satu setengah tahun, kemudian berbunga,” ujar Dian.

Perbungaan Amorphophallus titanum merupakan sekelompok bunga kecil jantan dan betina yang menempel di bagian dasar tongkol. “Tongkol atau spadiks yang berwarna kuning dikelilingi oleh seludang bunga yang berwarna merah keunguan. Tinggi spadiks dapat mencapai tiga meter menjadikan Amorphophallus titanum dijuluki Bunga Raksasa,” terangnya.

Bunga jantan dan betina juga tidak masak bersamaan. Bunga betina masak di malam hari dan mengeluarkan bau busuk seperti bangkai. Pada proses ini terjadi peningkatan suhu di bagian tongkolnya sehingga kadang-kadang dapat mengeluarkan asap.

Sementara bunga jantan, masak keesokan harinya. “Secara alami bunga bangkai sulit menyerbuk sendiri. Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan serangga penyerbuk atau manusia,” terang Dian.

Untuk proses perawatan, Dian menyebutkan bahwa setiap 6 bulan umbi bunga bangkai diangkat untuk dilihat apakah ada hama penyakit. Setelah itu tanah digemburkan dan porositasnya dijaga melalui melalui penambahan pasir dengan perbandingan 1:1. Selain itu ditambahkan insektisida dan nematisida atau fungisida untuk mencegah hama penyakit.

LIPI saat ini telah meneliti kandungan umbi bunga bangkai. Kandungan glucomannan dalam umbinya bermanfaat sebagai zat pengental, jelly kaya serat (dietary fibers) dan suplemen untuk diet kolesterol, gula darah, dan agen kontrol berat badan.

Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto yang turut serta menyaksikan mekarnya bunga bangkai tersebut mengungkapkan bahwa peristiwa langka ini merupakan salah salah satu harta karun Kebun Raya Bogor. Ia berharap mekarnya bunga bangkai bisa menumbuhkan semangat dari Kebun Raya sebagai pusat konservasi dan rekreasi.

“Ke depan kita akan terus eksplore harta karun di kebun raya yang banyak sekali sehingga akan menjadikan kebun raya bukan hanya wahana untuk edukasi, konservasi, tapi juga rekreasi,” lanjutnya.

Pemda Bogor juga mendukung LIPI yang mengusulkan KRB sebagai world heritage melalui penerbitan Peraturan Wali Kota. Pemda Bogor juga menyelaraskan aktivitas pembangunan di seputar kebun raya seperti jalur hijau, pedestrian, kebersihan, dan lain-lain.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author