Penanaman Bambu Efektif Atasi Banjir Bandang

alt

JAKARTA – Penanaman pohon bambu bisa menjadi solusi jitu untuk mengatasi banjir bandang. Bambu cocok untuk memperbaiki kondisi hulu dan sempadan sungai yang mengalami kerusakan akibat banjir bandang dan tanah longsor. Tanaman ini memiliki akar serabut yang menyetabilkan tanah dan menanggulangi erosi.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Enny Sudarmonowati mengatakan penanaman bambu di hulu dan sempadan sungai merupakan langkah tepat daripada melakukan betonisasi. Pembetonan di sempadan sungai hanya menyetabilkan tanah secara kinetik. Sebenarnya tanah sempadan tetap tidak stabil.

Akibatnya, ketika air datang, sempadan tidak mampu menahan erosi. “Betonisasi juga berdampak buruk pada sumber mata air di sekitar sungai. Mata air ini akan hilang,”  ujar Enny dalam siaran pers Launching Policy Brief: Penanaman Bambu Solusi Penanggulangan Banjir dan Longsor serta Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, di Jakarta, Rabu (23/11/2016) 

Enny melanjutkan, penanaman bambu mampu mencegah agar sumber mata air tidak hilang karena tanaman ini mampu mengonservasi air. “Batangnya dapat menghisap dan menampung air karena bersifat kapiler, sehingga air dapat dialirkan ke bawah dan menimbulkan mata air saat musim kemarau,” jelasnya.

Elizabeth A Widjaja, peneliti bambu dari Pusat Penelitian Biologi LIPI menambahkan, penanaman bambu di hulu dan sempadan sungai harus digalakkan. Banyak manfaat yang bisa diambil untuk jangka pendek maupun panjang dalam mencegah bahaya banjir dan tanah longsor.

Bambu juga bernilai ekonomi untuk masyarakat setempat terutama bila ada pemberdayaan industri. “Bambu juga mampu menjaga kebersihan udara karena menghasilkan 30 persen oksigen lebih besar ketimbang pohon lainnya,” imbuhnya.

Elizabeth menyebutkan, jenis bambu yang cocok ditanam di hulu dan sempadan sungai tidaklah sembarangan. Jenis-jenis ini biasanya Bambusa vulgaris (bambu ampel, haur) atau Bambusa vulgaris var. striata (bambu ampel kuning, bambu kuning) untuk daerah yang terendam air hingga lima bulan.

Ada lagi Schizostachyum iraten (buluh suling, buluh tamiang), Schizostachyum silicatum (buluh suling), Schizostachyum lima (butuh toi). “Jenis lain adalah Neololeba atra (loleba) digunakan di Indonesia yaitu Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua,” tambahnya.

Elizabeth menekankan, gerakan penanaman bambu di hulu dan sempadan sungai akan berhasil bila mendapat dukungan dari pemerintah dan para stakeholder terkait. Selama ini, langkah penanaman bambu belum mendapat kebijakan yang mendukung. Bahkan keberadaan bambu malah dianggap masyarakat kurang perlu sehingga mereka cenderung menebangnya.

Karena itu, LIPI merasa perlu untuk menggerakkan kembali penanaman bambu sebagai solusi banjir dan tanah longsor. Policy brief ini secara simbolis akan diserahkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author