Salah satu penyakit ternak yang berpotensi mengancam program Program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK) 2014 adalah Surra. Saat ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian tengah meneliti lalat penyebab penyakit surra yang menyerang ternak sapi dan kerbau, untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran penyakit.
Lalu lintas ternak dari daerah bibit ke wilayah kawasan ternak baru bisa menjadi penyebab penyebaran penyakit ternak. Tidak kurang dari 75 jenis penyakit hewan menular, terutama yang bersifat zoonosis, berpotensi memiliki dampak kerugian ekonomi yang besar. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan ternak secara intensif sebelum melakukan pengiriman.
Masuknya Surra di Pulau Sumba tahun 2010, menyebabkan ribuan ternak mati dalam waktu relatif cepat, sehingga diumumkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Awal tahun 2014, kasus Surra menyebabkan kematian puluhan kerbau di beberapa kabupaten di Propinsi Banten.
Penyakit Surra ditularkan melalui gigitan lalat penghisap darah (Haematophagus flies) dan tersebar luas di Kepulauan Indonesia. Kerugian ekonomis akibat Surra terbilang sangat besar, karena dapat menyebabkan kematian serta biaya pengobatan dan penanggulangannya sangat tinggi.
Karena itu, Menteri Pertanian kembali menetapkan Surra sebagai salah satu Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS). Bahkan, Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) mencantumkan Surra dalam daftar “B”, yaitu penyakit menular berdampak sosial ekonomi.
Surra bersifat akut dan mewabah pada ternak ruminansia ketika ternak mengalami stres, misalnya karena dipekerjakan terlampau berat, kekurangan pakan atau air, dan cuaca yang ekstrim.
Balitbangtan saat ini telah memiliki isolat lokal Trypanosoma evansi sebanyak 381 isolat yang tersimpan dalam nitrogen cair dan merupakan salah satu “bank T. evansi” di dunia setelah Kenya dan United Kingdom.
Isolat-isolat tersebut digunakan untuk uji biologis dan uji obat baik melalui kerjasama luar negeri, penelitian internal, maupun digunakan oleh Perguruan Tinggi dan institusi penelitian lainnya. Balitbangtan juga menyuplai antigen Surra sesuai dengan permintaan Dinas Peternakan dan melakukan pelayanan publik terhadap deteksi Surra.
“Penelitian ini sudah sejak lama. Kami berperan aktif dalam penanggulangan merebaknya penyakit terebut di lapangan,” ungkap Pelaksana Harian Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Prama Yufdi, di Jakarta, (19/4).
Selain itu, Balitbang melatih tenaga-tenaga medis di lapangan serta memberikan kuliah singkat tentang penyakit surra, karena tenaga medis merupakan ujung tombak penanggulangan surra di lapang. Balitbangtan juga merancang kit diagnostik cepat untuk surveillan surra di lapangan. Sumber Humas Balitbangtan