Ancaman Mikroplastik Mengintai Biota Laut dan Kehidupan Manusia

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Berbagai perangkat yang digunakan manusia saat ini sebagian besar menggunakan bahan plastik. Tak heran jika sampah plastik menjadi penyumbang terbesar dari 5.300 juta ton sampah yang dibuang di tempat pembuangan akhir atau langsung di lingkungan alam.

Sampah yang terbuang dari daratan perlahan akan pergi ke lautan. Sekitar 12 juta ton limbah plastik memasuki lautan setiap tahun. Pada 2050, diprediksi akan ada lebih banyak plastik daripada ikan di lautan dunia.

Dwi Amanda Utami, peneliti muda Pusat Riset Iklim dan Atmosfer pada Kelompok Riset Iklim dan Lingkungan Masa Lampau BRIN menyampaikan hal tersebut dalam acara Plastic Waste Education yang digelar PT Pertamina pada Rabu (7/6/2023).

Melansir dari laman brin.go.id, Dwi menyampaikan bahwa sebagian limbah plastik yang masuk ke dalam lautan adalah dalam bentuk mikroplastik. Mikroplastik merupakan bahan plastik yang ukurannya kurang dari 5 millimeter. Contohnya adalah resin pelet dan microbeads.

Microbeads primer biasanya ditemukan dalam produk perawatan pribadi, cat, bahan pembersih. Selain itu, ada mikroplastik sekunder merupakan partikel plastik yang dihasilkan dari pecahan-pecahan sampah plastik yang besar setelah mengalami fotodegradasi. Penggunaan plastik sekali pakai merupakan sumber utama terbentuknya mikroplastik.

Dwi menuturkan bahwa mikroplastik ini akan menimbulkan bahaya bagi biota laut. “Karena ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik dapat ditemui dimana saja. Dari perairan tropis hingga Arktik, dari pantai hingga laut dalam,” terang Dwi.

Dalam beberapa penelitian, mikroplastik yang ada di Indonesia dapat ditemukan dalam perut ikan, perairan laut, sedimen sungai, estuari, sedimen di lingkungan terumbu karang, dan lain-lain.

“Hal ini dapat menjadi potensi toxic jika dikonsumsi oleh biota laut. Mikroplastik ditemukan dalam perut plankton hingga ikan paus,” jelas Dwi.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa jika tertelan oleh mamalia mikroplastik dapat mengakibatkan merusak organ pencernaan, mengurangi cadangan energi pada tubuh, mengganggu sistem reproduksi dan akhirnya akan mengakibatkan kematian.

Dwi menerangkan bahwa mikroplastik ditemukan pula pada makanan dan minuman. Beberapa penelitian di berbagai negara mereka menemukan mikroplastik di dalam bir, madu, makanan kaleng, gula, dan garam.

Mikroplastik dapat menimbulkan potensi bahaya pada kesehatan. Dalam berbagai penelitian, potensi yang ditimbulkan oleh mikroplastik adalah karena mikroplastik mengandung zat additives yang berbahaya bagi kesehatan.

“Plastik dapat menyerap bahan kimia berbahaya yang terlarut dalam air. Potensi bahaya mikroplastik lainnya karena semakin kecil ukuran partikel plastik, semakin efisien dalam mengakumulasi racun,” jelas Dwi.

Pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk menekan laju pertambahan limbah plastik di Indonesia. Diantaranya mengubah perilaku dalam memilah sampah, mengurangi sampah di daratan, mengurangi sampah di pantai, meningkatkan regulasi pelaksanaan dan anggarannya, serta pelaksanaan riset dan pengembangan.

Apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik adalah dengan mengurangi plastik sekali pakai, memanfaatkan kembali plastik yang telah digunakan, dan mendaur ulang limbah plastik.

“Jika bisa, kita tidak menggunakan bahan plastik tetapi menggantinya dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan,” pungkas Dwi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author