TechnologyIndonesia.id – Tanaman serai wangi merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting di Indonesia. Tanaman tersebut sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia dan Aceh adalah salah satu provinsi penghasil serai wangi terbesar di Indonesia.
Tidak heran jika saat ini Indonesia adalah negara penghasil minyak citronella (serai wangi) terbesar kedua setelah China.
Berdasarkan karakteristik nutrisinya limbah minyak citronella dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, namun karena tingginya kandungan lignin (mencapai 31%) yang ada di dalam limbah tersebut menjadi penghambat dalam pemanfaatannya sebagai pakan ternak.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari mengatakan, tahun 2024 limbah biomassa citronella sebagian kecil dimanfaatkan sebagai sumber energi proses penyulingan oil dan sisanya dibuang sehingga menyebabkan polusi gas rumah kaca.
“Karena itu, dengan adanya pengaplikasian teknologi pengolahan seperti amoniasi dan fermentasi diharapkan dapat mengurangi kadar lignin, meningkatkan kualitas nutrisi dan nilai kecernaan bahan pakan berserat,” jelasnya.
Puji menyampaikan hal tersebut saat membuka Webinar Risnov Ternak #1 bertajuk “Deteksi Pemalsuan Bahan Pakan Berbasis Digital dan Pemanfaatan Amofer Jerami Serai Wangi Sebagai Pakan Ternak Ruminansia Melalui Implementasi Inovasi Teknologi Pengolahan”, pada Rabu (12/3/2025).
Senada dengan hal tersebut, Kepala Pusat Riset Peternakan BRIN, Santoso mengungkapkan pemanfaatan jerami serai wangi merupakan salah satu alternatif yang digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia.
Namun, tingginya kandungan lignin yang ada dalam limbah citronella oil menjadi penghambat dalam pemanfaatannya sebagai pakan ternak sehingga perlu dicari solusinya.
Pada kesempatan tersebut, Peneliti Ahli Utama Bidang Nutrisi Ternak, Pusat Riset Peternakan, BRIN Dicky Pamungkas menyampaikan paparannya berjudul “Pemanfaatan Amofer Jerami Serai Wangi Sebagai Pakan Sumber Karbohidrat Struktural Ruminansia”.
Dicky menyampaikan bahwa essential oil atau minyak atsiri merupakan bahan yang banyak digunakan dalam produk kosmetik, parfum, aroma terapi, insect repellent, antioksidan dan antiinflamasi yang dihasilkan dari berbagai tanaman salah satunya dari tanaman serai wangi.
Jerami serai wangi memiliki potensi sebagai pakan ternak, pupuk organik, bahan bakar biomassa, bahan baku industri kertas, mulsa pertanian, bahan baku bioplastik, pengolahan ekstrak bioaktif, dan juga dapat digunakan sebagai pengendali hama alami.
Jika dianalisis SWAT, jerami serai wangi ini memiliki kelebihan yaitu sumber dayanya sangat banyak dan melimpah, bahan organik, ramah lingkungan dan murah.
Namun dia juga memiliki kelemahan di antaranya kandungan ligninnya tinggi, proteinnya rendah, palatabilitasnya rendah dan kecernaannya pun rendah.
Padahal peluang pemanfaatan dari jerami tersebut cukup tinggi, salah satunya adalah adanya permintaan pakan yang meningkat di tengah maraknya pemalsuan pakan ternak ruminansia terutama dedak padi. Sehingga, diperlukan solusi agar jerami tersebut dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak.
Dalam penelitiannya Dicky dan tim melakukan pengujian jerami serai wangi secara in vitro sebagai prototipe pakan komersial ruminansia untuk melihat kandungan gizi yang ada dalam jerami serai wangi tersebut. Dari penelitian, di dalamnya ditemukan kandungan lignin, microfibril, hemi cellulose dan cellulose.
Adapun kandungan lignin memiliki prosentase yang cukup tinggi di dalam jerami tersebut dibandingkan yang lain, sehingga diperlukan solusi untuk memecah ikatan lignin agar jerami bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia.
“Nah kami mencoba melakukan perlakuan penambahan mikrobia jamur yang dapat menghasilkan enzim-enzim yang akan memecah ikatan lignin tersebut,” ungkap Dicky.
Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa kombinasi amofer (amoniasi fermentasi) dan fungal pada jerami serai wangi dapat meningkatkan nilai nutrisi, dapat menurunkan kandungan fraksi serat dan meningkatkan kecernaan lignin, selulosa dan hemiselulosa.
Dirinya juga mengatakan jika amoniasi dapat membantu meningkatkan protein kasar dan menurunkan lignifikasi, sementara fermentasi meningkatkan ketersediaan karbohidrat struktural.
Penggunaan mikroba Trichoderma spp atau Pleurotus spp juga dapat dipertimbangkan sebagai mikroba efektif sebagai pendegradasi ekstraseluler dan intraseluler.
“Teknologi amofer memungkinkan pemanfaatan limbah pertanian secara lebih efisien, dapat mendukung keberlanjutan peternakan serta dapat mengurangi ketergantungan pada pakan konvensional,” pungkas Dicky. (Sumber: brin.go.id, foto: pertanian.go.id)
Peneliti BRIN Olah Jerami Serai Wangi Jadi Pakan Ternak
